2023 Adalah Tahun Mengerikan Versi Majalah Tempo atau Bagi Dia yang Memesannya

Oleh: Andre Vincent Wenas

JurnalPatroliNews – Jakarta – Annus Horribilis (tahun mengerikan) disematkan pada tahun 2023 oleh Majalah Tempo. Pertimbangannya dalam tahun 2023 dikatakan (tepatnya dituduhkan) bahwa seorang presiden (maksudnya tentu Joko Widodo) telah memakai segala cara untuk terus berkuasa.

Cerita mengenai pembunuhan demokrasi yang diupayakan Jokowi diceritakan begitu massif dan sistematisnya. Sampai-sampai Tempo “terancam” (atau tepatnya “merasa terancam”) oleh eksistensi rezim Jokowi yang sedang (masih) berkuasa.

Seperti apa bentuk ancamannya memang tidak dipaparkan, karena mungkin rekan-rekan Tempo hanya “merasa terancam”, ya hanya merasa terancam lantaran beban trauma dari masa lalunya sendiri.

Lalu dalam opininya Tempo menyebut Partai Solidaritas Indonesia (PSI), ini yang jadi laput (laporan utama). Seru memang, PSI dituduh sebagai parpol yang sejak dari gagasan sudah sungsang. Maksudnya, Tempo bilang PSI adalah parpol yang hanya dibangun dan dibesarkan untuk kemudian dijual kepada “investor” seperti biasanya berlaku pada pola bisnis start-up (rintisan).

Katanya PSI tak punya gagasan selain bagaimana meningkatkan “valuasi”nya supaya bisa memberi profit bagi investor awal. Ini lantaran PSI tidak lagi menolak politik dinastinya Jokowi, dan lantaran PSI tidak konsisten untuk terus mengecam Prabowo Subianto. Malah sekarang jadi sekutunya.

Singkat cerita PSI sekarang jadi parpol pragmatis dengan prinsip “asal perut kenyang”. Pokoknya Jokowi dan PSI ini adalah dua entitas yang sedang didiskreditkan kredibillitasnya oleh Majalah Tempo.

Apakah betul demikian? Apakah Jokowi sudah sedemikian “berbahaya” bagi pertumbuhan demokrasi yang sehat di tanah air? Apakah PSI sudah jadi parpol begitu pragmatis bahkan oportunis?

Ini jadi pertanyaan yang perlu dikritisi. Karena realitas kontemporernya adalah: approval-rate Jokowi tetap tertinggi diantara para pemimpin dunia. Dan, elektabilitas PSI trend-nya malah naik terus menurut hasil survei beberapa lembaga yang kredibel. Coba periksa lagi. Kok aneh?

Politik dinasti Jokowi? Kaesang masuk ke parpol non-parlemen yang kecil dan sering dihina-hina oleh… para pembencinya (sebut saja begitu). Kaesang harus kerja ekstra keras untuk menaikkan elektabitas PSI dari 1,89% (2019) sampai minimal 4% (2024) jika ingin tembus ke Senayan. Sekarang dia tidak putus-putusnya berkeliling kampanye, walau ia sendiri tidak nyaleg.

Gibran, jadi cawapresnya Prabowo juga bukan hal yang sederhana. Tempo bisa mengupas ini lebih mendalam dalam laput berikutnya. Bagaimana Jokowi sedari awal merindukan koalisi besar yang bisa efektif melanjutkkan kerja-kerja politiknya. Jendela kesempatan kita di tiga masa kepemimpinan nasional kedepan akan sangat menentukan.

Sudah banyak pemerhati yang mengupas pergumulan Jokowi soal ini. Tak perlu kita ulangi lagi.

Membaca laput Tempo edisi ini seperti membaca buku daftar dosa Jokowi dan PSI di akhirat nanti. Masalahnya buku daftar dosa ini seperti buku biografi pesanan bohir.

Siapa yang memesan? Gampangnya, dia yang diuntungkan kalau Jokowi dan PSI tidak ada lagi dalam arena. Jokowi paruh akhir tahun ini memang tidak ada lagi dalam arena, tapi representasinya akan tetap ada. Sedangkan PSI, akan menggolkan RUU Perampasan Aset koruptor di DPR. Hal yang ditakuti si bohir.

Benar seperti kata Majalah Tempo, tahun 2023 adalah Annus Horribilis (tahun mengerikan)… bagi si bohir (dan bagi Majalah Tempo).

Komentar