Akankah Diskualifikasi Terhadap Tiga Cakada di Sulawesi Utara Terjadi?

Dan hal lain yang juga terdengar sumbang atau fals adalah terjerumusnya (atau dijerumuskannya) penjabat struktural gereja dalam politisasi agama. Ini ibarat Yudas Iskariot yang telah “menjual” Yesus kepada imam-imam kepala dan ahli Taurat dengan imbalan tiga puluh keping perak. Suara kebenaran tergadaikan.

Ya memperdagangkan “suara tuhan” (sesuai adagium Vox Populi Vox Dei) dengan melakukan politisasi di struktur pejabat gereja. Di Sulawesi Utara yang terbesar adalah Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) dengan jemaat sekitar 830 ribu orang.

Skema politisasinya sangat halus dan licik. Kegiatan sosial yang dibungkus dengan istilah “sumbangan kasih” oleh para donatur.

Mereka rajin datang dan duduk di barisan depan gereja dengan wajah terdongak bangga. Padahal semua tahu sama tahu ada agenda busuk dibalik semua sandiwara yang berbau hipokrisi itu.

Dan parahnya mereka lakukan itu semua tanpa malu-malu, karena memang sudah tidak punya malu sama sekali. Menyedihkan.

Akhirnya, kita semua mesti merefleksikan kembali nasihat bijak dari A.Z.R. Wenas, pendiri sekaligus Ketua Sinode pertama Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) yang gemanya makin terdengar sayup-sayup:

“Tanah dan Bangsa Minahasa adalah ciptaan dan anugerah Tuhan. Agama/Gereja di Minahasa harus menjalankan misinya lepas dari pengaruh negara, sambil melaksanakan kesaksian kenabiannya melalui perbuatan yang nyata dengan mencerdaskan manusia, menolong orang yang sakit dan mengangkat derajat kesejahteraan Bangsa Minahasa.”

Semoga Opa Wenas bisa beristirahat dengan tenang dan damai sorga yang permai.

Jakarta, Kamis 5 Desember 2024
Andre Vincent Wenas, pemerhati masalah ekonomi dan politik, Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis PERSPEKTIF (LKSP), Jakarta.

Komentar