Terdapat 4 jenis produk plastik yang direncanakan dikenakan cukai plastik yaitu, kantong plastik, kemasan plastik multilayer, styrofoam, dan sedotan plastik. Pengenaan tarif akan disesuaikan dengan jenis plastik. Semakin tinggi tingkat ramah lingkungan suatu jenis plastik maka semakin rendah tarif cukai yang dikenakan atau bahkan bisa dibebaskan sepenuhnya.
Implikasi Cukai Plastik Terhadap Industri dan Masyarakat
Timbul banyak pro dan kontra pada proses penerapan cukai plastik ini. Dikhawatirkan pengenaan cukai terhadap plastik akan menimbulkan turunnya tingkat pertumbuhan ekonomi dan berpotensi berdampak negatif kepada sektor industri. Menurut Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian, Ir. Reni Yanita M. Si, cukai plastik dapat memengaruhi ulititasi industri dalam negeri mencakup industri kecil menengah yang telah mendominasi hingga 99,7% maupun industri makanan minuman yang telah mencapai hingga 1,68 juta unit usaha. Adanya pungutan cukai plastik dapat berpengaruh terhadap meningkatnya harga secara otomatis dan menyebabkan terganggunya sisi pemintaan yang pasti akan berkurang. Menurut kajian Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), penarikan cukai plastik berpotensi menurunkan pertumbuhan ekonomi hingga 0,1%, dari 6% menjadi 5,9%. Selain itu, sektor terkait seperti Fast Moving Consumer Goods (FMCG) juga akan terdampak akibat kenaikan biaya kemasan plastik yang pada akhirnya membebani konsumen. Bahkan tidak terlepas dari masyarakat atau konsumen kurang mampu harus menanggung biaya lebih mahal untuk makanan atau minuman yang dikemas dengan plastik.
Transformasi dalam mengurangi penggunaan plastik dapat menjadi tantangan bagi pemerintah sebagai regulator dan masyarakat sebagai konsumen, mengingat ketergantungan dan kebiasaan menggunakan plastik masih cukup tinggi. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2020), konsumsi plastik per kapita masyarakat Indonesia selama 2015–2019 berada pada kisaran 17–23 kg setiap tahun. Hal ini menunjukkan tingginya tingkat penggunaan plastik.
Walaupun ada keinginan masyarakat untuk mengurangi konsumsi plastik, banyak yang belum terbiasa dengan perubahan kebiasaan seperti membawa tas belanja sendiri. Kebiasaan ini menjadi tantangan bagi konsumen yang selama ini mengandalkan plastik. Sehingga, pengenaan cukai plastik tidak selalu secara langsung berdampak pada penurunan konsumsi plastik, karena faktor kebiasaan dan perilaku juga memainkan peran penting.
Pada dasarnya, plastik sebenarnya tidak sepenuhnya menjadi limbah karena dapat diolah kembali menjadi bahan baku untuk berbagai industri seperti sandang, alas kaki, dan karpet. Jika tujuan utama dari cukai plastik adalah untuk mengurangi limbah plastik demi menjaga lingkungan, maka strategi seperti seperti program 3R (Reduce, Reuse, Recycle), ekonomi sirkular, dan penerapan teknologi ramah lingkungan akan menjadi alternatif yang lebih baik.
Komentar