Kisah Sensasional Di India ‘Pembunuhan Dengan Kuman’ Yang Buat Mencekam Dunia

Di sana, Benoyendra membujuk para petugas untuk “mengizinkan teman dokternya bekerja di laboratorium untuk menguji obat wabah”, menurut dokumen persidangan.

Tidak ada bukti bahwa Bhattacharya melakukan eksperimen di lab tersebut. Pada malam 12 Juli, sekitar lima hari setelah diberi akses ke laboratorium tersebut, Bhattacharya tiba-tiba menghentikan “pekerjaan” dan kembali ke Kolkata dengan Benoyendra.

Sejumlah usaha dilakukan untuk mencuri kultur bakteri dari lab Haffkine di Mumbai (saat itu disebut Bombay).

Polisi meringkus Benoyendra dan Bhattacharya pada Februari 1934, sekitar tiga bulan setelah pembunuhan terjadi.

Para penyidik melacak surat-surat perjalanan Benoyendra, tagihan hotel di Mumbai, tulisan tangannya di buku tamu hotel, pesan-pesannya ke lab, dan kwitansi dari toko tempatnya membeli tikus.

Bagaimanapun, persidangan selama sembilan bulan itu mengungkap banyak hal menarik. Pengacara Benoyendra berpendapat bahwa Amarendra digigit kutu tikus.

Pengadilan memutuskan bahwa bukti-bukti menunjukkan dua pria yang dituduh membunuhnya telah “mencuri basil wabah” dari rumah sakit di Mumbai dan bahwa “mereka bisa dibawa ke Kolkata dan tetap hidup sampai 26 November 1933”, hari pembunuhan Amarendra.

Persidangan juga mengatakan Benoyendra dan Bhattacharya telah berkonspirasi untuk membunuh Amarendra dengan “pembunuh bayaran”, dan memvonis keduanya dengan hukuman seumur hidup.

Tiga orang dokter lain yang ditangkap terkait kasus pembunuhan ini dilepaskan karena kurangnya alat bukti.

“Kasus ini mungkin salah satu yang terunik di sejarah kriminal,” kata seorang hakim mengomentari putusan tersebut.

Dan Morrison, seorang wartawan Amerika yang melakukan riset untuk buku soal pembunuhan tersebut yang berjudul The Prince and the Poisoner, berkata bahwa Benoyendra adalah “pria abad ke-20 yang merasa dia lebih pintar dari institusi era Victoria yang mendominasi India pada saat pembunuhan itu”.

Pembunuhan di stasiun kereta itu, kata Morrison, adalah “sebuah plot pembunuhan yang sangat modern”.

Senjata biologi mungkin telah dipakai sejak abad ke-6 SM ketika bangsa Asyur meracuni sumur-sumur musuh mereka dengan rye ergot, sejenis penyakit jamur.

Tapi dalam banyak hal, pembunuhan Amarendra sedikit banyak mengingatkan kita pada pembunuhan Kim Jong-nam, 45 tahun, saudara tiri Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, di bandara Kuala Lumpur pada 2017.

Dua perempuan, yang kemudian ditangkap, diketahui menyeka wajahnya dengan agen saraf mematikan.

Dalam kasus pembunuhan di stasiun kereta Howrah yang terjadi 88 tahun lalu dan nyaris terlupakan, pria yang membunuh sang pangeran dan senjata pembunuhnya jarum suntik itu tak pernah ditemukan.

Sumber: BBC INDONESIA

Komentar