Menolak Lupa: Mengenang Peristiwa 27 Juli 1996

Hukum harus melayani kemanusiaan dan keadilan, bukan kepentingan kekuasaan. Kekuasaan yang melayani kemanusiaan akan bertindak secara etis dan patuh pada nilai-nilai dasar, etika, dan moral. Kekuasaan yang patuh pada nilai-nilai ini akan mementingkan kepentingan rakyat daripada kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Banalitas kejahatan, di mana kejahatan dianggap sebagai sesuatu yang wajar dan biasa, harus dihapuskan. Demokrasi yang berdasarkan Pancasila harus mengutamakan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Demokrasi tidak boleh menggunakan kekerasan struktural atau manipulasi birokrasi dan militer untuk mempertahankan kekuasaan otoriter. Kekuasaan seharusnya melindungi harkat dan martabat kemanusiaan, bukan sebaliknya.Peristiwa 27 Juli 1996 harus menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Kita harus selalu ingat dan tidak pernah melupakan kejahatan kemanusiaan yang telah terjadi. Hanya dengan demikian kita dapat membangun masa depan yang lebih baik, di mana hak asasi manusia dihormati dan dijunjung tinggi, serta keadilan dan kemanusiaan menjadi dasar dalam setiap tindakan dan kebijakan.Peristiwa 27 Juli 1996 tidak hanya mengungkapkan kekejaman pemerintah Orde Baru dalam menghadapi oposisi, tetapi juga menunjukkan betapa rapuhnya demokrasi dan penegakan hukum di Indonesia pada masa itu. Banyak korban dari peristiwa tersebut hingga kini masih menuntut keadilan dan pengakuan atas penderitaan yang mereka alami.

Menolak lupa terhadap peristiwa 27 Juli 1996 adalah penting karena  banyak korban dari peristiwa ini masih hidup dengan trauma dan kehilangan. Menolak lupa berarti memperjuangkan keadilan bagi mereka dan memastikan bahwa pelaku kekerasan dihukum., selain itu Mengingat peristiwa ini membantu generasi muda memahami sejarah kelam bangsanya, sehingga mereka bisa belajar dari masa lalu dan berusaha untuk tidak mengulanginya di masa depan. Menolak lupa terhadap peristiwa ini juga berarti Mengakui dan memahami pelanggaran hak asasi manusia di masa lalu membantu memperkuat komitmen kita terhadap demokrasi dan penegakan hukum yang adil. Lebih lanjut  Peristiwa ini adalah pelanggaran langsung terhadap nilai-nilai Pancasila. Dengan mengingatnya, kita meneguhkan komitmen untuk menjunjung tinggi kemanusiaan yang adil dan beradab. Selanjutnya  Seperti yang dijelaskan oleh Hannah Arendt dalam analisanya tentang banalitas kejahatan, kejahatan yang dianggap wajar dan biasa dapat merusak tatanan moral masyarakat. Mengingat dan mengecam peristiwa 27 Juli membantu mencegah normalisasi kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia

Komentar