Jika berbicara hati Nurani dan kebeningan akal budi, masyarakat pasti bisa menilai, bagaimana seorang presiden yang dicintainya membangun politik dinasti. Dimana Gibran sebagai putra penerus politik dinasti keluarga yang dipersiapkan oleh Ibu Iriana dan Jokowi, dipasangkan sebagai cawapresnya Prabowo.
Seandainya generasi X (yang lahir di tahun 1965 – 1980) yang memiliki suara 28%, generasi milenial 33% (lahir 1981- 1996) dan generasi Z 23% (lahir 1997-2012), dengan jumlah total 84% suara dalam pemilu 2024, masih mencintai Jokowi karena prestasinya membangun dan membawa perubahan indonesia, namun pertanyaannya, apakah 84% suara tersebut serta merta akan mendukung paslon 2 Prabowo-Gibran?.
Dengan menuju kebeningan akal sehat dari rakyat, para pendukung Ganjar Mahfud bisa merasakan lahirnya seorang pemimpin baru yang merakyat.
Kita telah melihat secara fakta, PDIP berhasil melahirkan seorang Jokowi yang merakyat ( bukan PDIP dikenal karena Jokowi, tapi karena PDIP maka Jokowi dikenal. Jokowi menang pemilu 2019 dan 2024, atas dukungan PDIP, para relawan dan suara rakyat, yang memilih Jokowi ).
Kini rakyat punya harapan baru, dan PDIP menetapkan Ganjar Pranowo yang merakyat dan Mahfud MD yang tegas, sebagai pasangan Dwitunggal, dimana mereka berdua akan membasmi KKN, penegakan hukum, peningkatan kualitas SDM dengan sekolah gratis ( SD sd SMA ), pendirian 1 puskesmas 1 nakes untuk setiap desa, pembukaan lapangan pekerjaan, meneruskan BLT, dan berbagai program lain terkait kebutuhan rakyat saat ini.
Harapan baru juga untuk generasi muda memiliki pemimpin yang bisa punya komitmen, menyatunya antara pikiran, ucapan dan tindakan, yang kelak bisa ditauladani.
Semoga saudara-saudaraku di seluruh indonesia, kita tetap menjaga keharmonisan dan jalannya pemilu dengan transparan, jujur dan adil.
Saya berdo’a, semoga saudara Iyyas Subiakto, terbuka mata hatinya dan segera bisa mendapatkan pencerahan kalbu menuju kebeningan akal sehat. **
Nanda Abraham, Ketua Alumni SMA Jaringan Bersamac (ASJB) Indonesia
Komentar