Pertempuran 10 November 1945 Sebagai Penghargaan Pahlawan Nasional Indonesia

Dalam prosesnya Ketika Perang Dunia II terjadi. Justru Asia oleh Jerman  diserahkan kepada militer Jepang. Sedangkan Jerman sendiri fokus dlam penguasaan Eropa. Dimana Pusat pertempuran ada di Eropa Barat yang sekarang menjadi markas pasukan gabungan sekutu Amerika yang dinamai NATO hingga sekarang masih ada.

 Usulan Inggris kepada Amerika diterima untuk menguasai Bekas kekuasaan Jepang di Asia Tenggara. Diantaranya adalah Indonesia yang merupakan bekas jajahan Belanda. Oleh pertimbangan Amerika Inggris sangat berpengalaman diwilayah Asia. Dan yang menjadi Fokus perhatian adalah wilayah bekas jajahan Belanda yang cukup luas. 

Pasukan Sekutu dari Inggris ini bertugas untuk melucuti persenjataan pasukan Jepang. Ternyata kedatangan tentara Inggris ditunggangi atau ditumpangi oleh pasukan Belanda dengan nama Netherlands Indies Civil Administration atau NICA, yang memiliki niat untuk mengembalikan kekuasaannya di Indonesia.

Niat tersebut tercium oleh pejuang kemerdekaan arek-arek Suroboyo dan menentang kedatang pasukan Inggris tersebut dan menggagalkan rencana Belanda untuk Kembali menguasai Indonesia. Maka aksi aksi perlawanan dilakukan.

2.Mulai dari insiden Hotel Yamamoto Atau Perobekaan Bendera. 

Ketika Belanda di Surabaya orang Belanda di bawah pimpinan W.V.C. Ploegman pada malam hari tanggal 19 September 1945, tepatnya pukul 21.00, mengibarkan Bendera Belanda Merah Putih Biru. Tanpa persetujuan Pemerintah Indonesia Daerah Surabaya. Di tiang pada tingkat teratas Hotel Yamato, sisi sebelah utara.

Pada pagi hari tanggal 20 September 1945 pemuda Surabaya melihatnya dan menjadi marah karena mereka menganggap Belanda telah menghina kedaulatan Indonesia. Atau ingin mengembalikan kekuasan kembali di Indonesia. Juga melecehkan gerakan pengibaran bendera Merah Putih yang sedang berlangsung di Surabaya. Kemudian sejumlah pejuang arek arek Surabaya merobek bendera Belanda yang berkibar dihilangkankan warna birunya saja dan dikibarkannya Kembali.

3.Kematian Jenderal Pasukan Inggri Bernama Malaby. 

Aubertin Walter Sothern (A.W.S.) Mallaby atau lebih dikenal dengan sebutan Brigjen Malaby adalah sosok penting yang memicu terjadinya pertempuran Surabaya 10 November 1945. Brigjen Malaby adalah Komandan Brigade 49 Divisi India dengan kekuatan kurang lebih 6.000 pasukan yang merupakan bagian dari Allied Force Netherlands East Indies atau AFNEI. 

Selain akasi di Hotel Yamato. Berbagi aksi untuk menentang kehadiran Belanda terus dilakukan. Salaha satu aksi yang berhasil adalah berhasil membunuh pimpinan pasukan Inggris yang Bernama Brigjen Mallaby. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 30 Oktober 1945. Tewasnya seorang Jenderal dalam pertempuran adalah sesuatu hal luar biasa, baik bagi pihak Inggris maupun Indonesia. Oleh sebab itu Inggris sangat marah. Kemudian dengan kemarahannya mengultimatum akan menyerang Surabaya. Dan serangan dilakukan melalui laui laut dengan Kapal tempur. Terlepas dari pengakuan Inggris siapa yang membunuh Jenderal Malaby itu tidak penting. Yang penting bagi kita adalah yang membunuh Jenderal Inggris yang pasti bukan tentara Belanda ataupun tentara Inggris. Dan matinyapun dimedan konflik pertempuran antara pasukan Inggris dan pejuang Republik Indonesia arek arek Surabaya. Mallaby terbunuh di Jembatan Merah yang oleh tembakan peluru merenggut nyawanya itu.

PERISTIWA PERANG KEMERDEKAAN 10 NOPEMBER 1945

Di Surabaya pun memanas antara militer Indonesia berhadapan dengan NICA, dan AFNEI. Inggris menunjuk Robert Mansergh sebagai pengganti posisi Mallaby. Bentuk kemarahan Inggris diwujudkan dalam ancaman yakni mengeluarkan ultimatum kepada pejuang di Surabaya bahwa pada 10 November 1945 Indonesia harus menyerahkan semua persenjataan dan menghentikan perlawanan terhadap Inggris dan Belanda.

Dengan adanya Ultimatum itu tidak membuat tentara pejuang dan rakyat pejuang Surabaya takut. Militer Pejuang, Tentara, dan Arek-Arek Suroboyo justru menyatakan siap berperang melawan Inggris untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pertempuran sebagai bentuk perlawanan diberbagai sudut kota bergelora. Karena kekuatan dan perlengkapan perang yang tidak seimbang maka banyak jatuh korban dipihak pejuang.

Apalah yang bisa diperbuat dalam pertempuran kalau hanya bersenjata Bambu Runcing dan senjata rampasan dari Jepang. Perlawan di Surabaya ini dipimpin oleh Bung Tomo. Menyaksikan hal tersebut Bung Tomo membangkitkan semangat para pejuang dengan teriakan, “Merdeka atau mati!”

Komentar