Tiga Poros Capres-Cawapres yang Diusung Tiga “Dinasti Politik”

Oleh: Andre Vincent Wenas

Akhirnya tiga poros capres terbentuk.

JurnalPatroliNews – Jakarta – Pertama, pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar diusung, didukung dan dikendalikan oleh dinasti politik Surya Paloh, dengan Nasdem sebagai parpol utama (59 kursi, atau 10,26%), dan parpol koalisinya PKB (58 kursi, 10,09%), PKS (50 kursi, 8,7%) dan Ummat.

Kedua, pasangan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD diusung, didukung dan “dikendalikan” oleh dinasti politik Megawati Soekarnoputri, dengan PDIP sebagai parpol utama (128 kursi, 22,26%), dan parpol koalisinya PPP (19 kursi, 3,3%), Hanura dan Perindo.

Ketiga, pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka yang diusung, didukung dan dikendalikan oleh “dinasti politik” Jokowi. Koalisinya: Gerindra (78 kursi, 13,57%), Golkar (85 kursi, 14,78%), PAN (44 kursi, 7,65%), Demokrat (54 kursi, 9,39%), dan PBB, Gelora, Garuda dan PSI.

Lho, kok yang “dinasti politik” Jokowi pakai tanda kutip?

Ya, karena kita sendiri belum clear, alias belum jelas dan belum mengerti parpol mana yang menjadi “kerajaan politik” milik keluarga (dinasti) Jokowi?

Tentu beda dengan dua parpol sebelumnya, Nasdem adalah “Kerajaan politik” keluarga (dinasti politik) Surya Paloh, dengan Prananda Paloh sebagai Putera mahkota. Sanak saudara yang lain? Mungkin teman-teman di Nasdem bisa kasih bocoran.

Dan PDIP adalah “Kerajaan politik” keluarga (dinasti politik) Megawati, dengan Puan Maharani sebagai puteri mahkota dan Prananda Prabowo sebagai pangeran dinasti.

Di koalisi Prabowo-Gibran, parpol mana yang jadi “kerajaan politik” milik “dinasti” Jokowi?

Apakah Gerindra? Pasti bukan, tanya saja pada Prabowo, atau Hasjim. Apakah Golkar? Tak perlu diceritakan lagi soal “perebutan kekuasaan” diantara faksi-faksinya, seru dan mencekam.

Apakah Demokrat? Hmm… ada yang mau tanya ke SBY, AHY dan Ibas? Lalu parpol lain seperti PAN? Gelora? Garuda? Atau PSI? …hmm mungkin PSI barangkali?

Katanya PSI mengaku-aku sebagai partainya Jokowi. PSI yang selalu bilang “tegak lurus” atau “sejalan” dengan Jokowi. Apalagi Ketua Umumnya sekarang adalah Kaesang Pangarep, putera bungsu Jokowi.

Mungkin para pengamat politik profesional bisa bantu jelaskan, mengapa Kaesang memilih parpol bocil yang non-parlemen ini sebagai tempatnya berkiprah dalam dunia politik?

Komentar