BPIP: Pendidikan Harus Membahagiakan Anak-Anak

“Orientasi pengajaran harus bukan pada hafalan atau doktrinal, tetapi anak-anak sendiri diarahkan untuk menjadikan apa yang bahan ajar menjadi nilai hidupnya. Banyak tugas pribadi dan reflektif, banyak visual dan belajar membangun kebersamaan. Anak-anak harus bisa mengalami pendidikan yang menyenangkan, bukan hafalan lagi, tetapi perjumpaan dengan teman dan sesamanya, dan akhirnya Pancasila bisa menjadi ideologi hidup dan bekerja.”

“Guru mampu memberikan inspirasi kepada murid agar dia memiliki kemandirian, kreativitas, dan kecakapan teknologi. Rubah paradigma, bukan monolog lagi. Anak-anak menggali sendiri pengetahuan, guru menjadi sahabat, teman, dan membantu. Paradigma guru harus diubah. Itulah yang ditunjukkan oleh Ki Hajar Dewantara,” sebutnya.

Akhirnya, pada bagian penutup, pakar komunikasi politik ini menyampaikan bahwa BPIP menginginkan, dimulai dari pendidikan Pancasila, metode dan paradigma guru, orang tua, serta pihak terkait, dalam pengajaran, menjadi menyenangkan bagi anak-anak.

“Kembalikanlah tugas guru: membuat anak-anak mencintai negara dan bangsanya. Itulah cita-cita Ki Hajar Dewantara. Jangan itu hilang. Pendidikan bukan instan dan kejar target, tetapi ajarkan kebahagiaan. Guru memahami anak-anak, agar minatnya tersalurkan. Kesalahan sekarang, kita memaksakan anak-anak.”

“Sukses bukan jadi dokter atau insinyur, tetapi jadi dirinya sendiri. Kalau anak mau jadi penggiat seni, biarkan. Anak menjadi atlet, biarkan. Jangan konsep: anak harus jadi pegawai, pegawai negeri sipil’, itu salah. Biarkan anak-anak menjadi dirinya sendiri dan mampu mengembangkan dirinya secara baik dan benar. Dukung mereka, jadilah teman mereka dalam belajar,” tutupnya.

Komentar