Didukung Tiga Partai Besar, Prabowo Jadi Capres Terkuat, Segini Jumlah Hartanya

JurnalPatroliNews – Jakarta,- Masyarakat masih menanti siapa sosok yang akan mendampingi kedua bakal calon presiden (bacapres), yakni Prabowo Subianto pemilihan presiden (pilpres) 2024. Dirinya dan bacapres Ganjar Pranowo masih belum mengumumkan sosok wakil pendampingnya.

Namun belum ada tanda-tanda bahwa keduanya akan mengumumkan siapa bakal calon wakil presiden (bacawapres) pendamping mereka. Justru, Prabowo dan Ganjar diisukan akan berduet dalam Pemilu 2024. Ganjar juga telah buka suara soal peluang berdampingan dengan Prabowo.

Example 300x600

Prabowo sendiri disebut-sebut sebagai bacapres terkuat. Hal ini lamtaran adanya dukungan dari tiga partai besar, yakni Golkar, PAN, dan Demokrat. Lantas bagaimana perjalanan karirnya dan berapa banyak hartanya?

Prabowo Subianto memilih untuk menjadi tentara di usia remaja. Padahal, ia sebenarnya bisa saja mengikuti jejak sang ayah Sumitro Djojohadikusumo, untuk menjadi seorang ekonom, atau mungkin birokrat pemerintahan.

Prabowo menggeluti dunia militer selama hampir dua dekade, sebelum akhirnya ‘terlempar’ dari sana di tahun 1998. Setelah tak lagi berdinas, Prabowo kemudian mengikuti jejak adiknya, Hashim Djojohadikusumo, sebagai pengusaha.

Berdasarkan paparan George Aditjondro dalam Korupsi Kepresidenan (2006), saat di Aman, Yordania, Prabowo sempat menjadi perwakilan kelompok bisnis adiknya, Tirtamas/Comexindo. Selain itu, dari sana juga dia berupaya mempersiapkan bisnis tambang, pengolahan kertas, dan penggalian sumber-sumber energi.

Barulah pada 2001, Prabowo dan rekannya, mendirikan Nusantara Energi. Perusahaan inilah yang kemudian menjadi mesin pendulang kekayaan bagi Prabowo. Awalnya bisnisnya bergerak di industri kertas bernama PT Kiani Kertas, yang berada di Berau, Kalimantan Timur.

PT Kiani Kertas ini awalnya dimiliki oleh ‘Raja Hutan’ Bos Hasan. Namun, pada tahun 1990-an, perusahaan ini diambil alih negara karena dianggap tidak sehat. Dan karena alasan inilah Prabowo ingin membangkitkan perusahaan kertas tersebut.

Dia membeli Kiani Kertas sebesar Rp 1,8 Triliun dan mengubahnya menjadi PT Kertas Nusantara. Pengambilalihan inilah yang kemudian membuat hubungannya dengan senior di TNI, Luhut Binsar Panjaitan, kembali mencair.

Sebagaimana dipaparkan Hendra Budiman dalam Para Pembisik Jokowi (2015), di Kiani Kertas Prabowo menjabat sebagai Presiden Direktur dan Luhut Binsar Panjaitan menduduki kursi Komisaris Utama. Sayang, hubungan positif dua jenderal TNI itu tidak berlangsung lama.

Kondisi perusahaan yang tak kunjung membaik membuat hubungan keduanya kembali merenggang. Di tangan Prabowo, Kiani Kertas tetap dianggap perusahaan yang tak sehat dan tidak begitu sukses.

Komentar