Arief menjelaskan, mulai dari grand parent stock (GPS) hingga parent stock antara ayam petelur dan broiler itu harus dihitung bersama-sama secara komprehensif, karena jika pasokan terlalu banyak atau terlalu sedikit akan mempengaruhi harga.
“Jadi sepertinya ini harus komprehensif mulai dari GPS, parent stock, ini dua antara ayam petelur sama broiler sepertinya kita harus sama-sama hitung, karena kalau terlalu banyak, atau terlalu sedikit jadi mahal,” jelasnya.
“Jadi sepertinya harus ada duduk bersama, mungkin komisi IV mengundang kita sama-sama, karena ini tidak bisa satu-satu pada saat kita selesaikan di hilir, DOC (day old chick) nya lepas,” imbuhnya.
Arief mengatakan, GPS yang ditentukan hari ini akan berpengaruh 2 tahun ke depan. Apabila Indonesia memang bukan penganut abortion maka pasokan tersebut harus disimpan, untuk ayam broiler dalam bentuk frozen karkas.
“GPS yang ditentukan sekarang akan berpengaruh 2 tahun ke depan. Jadi kalau memang kita tidak penganut abortion kita harus simpan, kalau ayam broiler dalam bentuk frozen karkas. Mungkin itu salah satu solusinya,” terang Arief.
“Karena kalau kelebihan pasokan, kemudian seperti hari ini atau kemarin, lebih sedikit saja akan over, karena kita tidak punya cadangan dalam bentuk frozen. Jadi nanti in-line kepada yang ditugaskan ke ID food. Ini yang harus kita bangun,” imbuhnya.
Komentar