Dapat dipastikan rakyat Indonesia sangat dirugikan dalam sistem demokrasi ‘abal- abal’ ini, bila yang kalah tidak menjalankan tugas dan fungsinya sebagai oposisi yang mendorong terjadinya check and balance terhadap kebijakan pemerintah yang sedang berkuasa, “saran Silaen.
Lalu buat apa dilakukan pemilu yang habiskan anggaran keuangan negara yang begitu besar kalau tokh yang kalah dirayu atau dibujuk untuk gabung kedalam pemerintahan? Atau untuk apa berkompetisi kalau tokh yang kalah merengek- rengek minta masuk kedalam pemerintahan yang menang?
Percuma saja pakai sistem demokrasi bila tidak dijalankan dengan baik, lantas apa bedanya dengan sistem kerajaan yang bercorak otoriter maka lebih baik dirubah saja menjadi sistem kerajaan! Supaya jelas jadi tidak membingungkan rakyat Indonesia, “imbuhnya.
Pemilu 2019 lalu cukup jadi pelajaran berharga untuk kepemimpinan republik Indonesia pada 2024 nanti. Jangan sampai terulang lagi maka tak dapat dibayangkan betapa dahsyatnya kerusakan yang ditimbulkan akibat cawe-cawe pemerintahan saat ini, “tutur Silaen.
Rakyat kecil yang menanggung beban yang paling berat dari kebijakan pemerintah yang nyeleneh atau zolim. Tak ada yang membela kepentingan rakyat kecil tersebut karena yang kalah dan menang berselingkuh didalam tubuh pemerintahan, “beber Silaen.
Lemahnya barisan oposisi dimanfaatkan kelompok yang sedang menikmati kekuasaannya, untuk mengeruk keuntungan sebesar- besarnya bagi kelompok yang sedang berkuasa, jadi rakyat Indonesia hanya kebagian remah-remahnya, sementara dagingnya dinikmati oleh segelintir kelompok saja, “jelas aktivis organisasi kemasyarakatan pemuda (OKP) itu.
Kasian banget rakyat Indonesia hanya dijadikan kayu bakar politik oligarki untuk mencapai tujuan didirikannya partai politik yang mereka tunggangi. Sementara rakyat Indonesia dipaksa pukul mundur bila menghambat tujuan dari kepentingan oligarki tersebut.
Lebih lanjut Silaen sebut, “Wahai rakyat Indonesia bersatulah untuk melakukan perlawanan atas kesewenangan yang diperbuat oleh penguasa zolim itu. Bila rakyat Indonesia tidak sadar dan bersatu maka akan mudah diombang-ambingkan oleh jargon politik yang dijanjikan oleh politikus yang sedang mencari dukungan dan simpati rakyat Indonesia.
Tak dapat dipungkiri bahwa rakyat Indonesia sekarang bingung untuk menghukum partai politik mana? Karena partai politik yang berkuasa sekarang ini juga head to head ketika Pilpres 2019 lalu, namun dalam perjalanannya berselingkuh. Sehingga sulit untuk menyalahkan partai politik mana yang membuat Indonesia dikuras hartanya, “tandasnya.
Komentar