Sri Mulyani Bertahan, Saham Unggulan Melonjak

JurnalPatroliNews – Jakarta – Setelah penantian panjang, investor akhirnya mendapatkan kepastian mengenai susunan kabinet di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto. Segera setelah pelantikan, Presiden langsung mengumumkan berbagai tokoh yang akan menduduki posisi strategis dalam pemerintahan.

Salah satu keputusan yang paling dinantikan adalah penetapan Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan, yang dianggap penting untuk mempertahankan kepercayaan pasar internasional. Keputusan ini disambut baik oleh pelaku pasar, yang telah berharap Sri Mulyani tetap menjabat.

Investor merasa lega setelah pengumuman kabinet yang dikenal sebagai Kabinet Merah Putih. Kelegaan ini semakin meningkat di tengah sentimen pasar global dan regional yang belum memberikan arahan yang jelas.

Optimisme investor tetap terjaga, dan akumulasi saham-saham unggulan mendorong indeks harga saham gabungan (IHSG) naik. Dalam sesi perdagangan pagi ini, IHSG menunjukkan pergerakan yang stabil. Indeks sempat melesat hingga mencapai 7.795, mendekati level psikologis 7.800, meski kemudian mengalami penurunan kecil.

Pada akhir sesi pagi, Senin, 21 Oktober 2024, IHSG ditutup naik sebesar 0,32 persen di level 7.784,83. Beberapa saham unggulan seperti BBRI, BBNI, ASII, PGEO, ISAT, dan PGAS menunjukkan kenaikan yang signifikan. Namun, lompatan tersebut terimbangi oleh penurunan saham-saham unggulan lainnya seperti UNVR, PTBA, INDF, ICBP, ADRO, SMGR, dan UNTR.

Kinerja IHSG kali ini terlihat tidak begitu mencolok dibandingkan dengan bursa Asia lainnya. Indeks Wall Street sebelumnya berakhir dengan pergerakan yang beragam, namun hal ini berhasil diterjemahkan menjadi sikap optimis di Asia. Indeks-indeks di Asia pun menunjukkan lonjakan yang signifikan.

Sampai saat ini, indeks KOSPI di Korea Selatan naik 0,87 persen menjadi 2.616,51, sementara ASX200 di Australia melesat 0,81 persen menjadi 8.350,1, dan indeks Nikkei di Jepang bertambah 0,24 persen menjadi 39.073,61.

Lebih lanjut, sesi perdagangan di Asia kali ini juga dipengaruhi oleh keputusan Bank Sentral China (PBoC) yang menurunkan suku bunga kredit sebesar 0,25 persen. Tindakan ini diambil untuk mendukung upaya pemerintah Xi Jinping dalam mengatasi ancaman perlambatan ekonomi di negara tersebut. Namun, keputusan tersebut belum mampu meyakinkan investor akan efektivitas langkah-langkah pemerintah China dalam menangani perlambatan ekonomi.

Komentar