JurnalPatroliNews – China – Huawei percaya bahwa pembatasan chip oleh Amerika Serikat tidak akan menghalangi ambisi China untuk menjadi pemimpin dalam kecerdasan buatan (AI).
Zhang Ping’an, CEO Huawei Cloud, menegaskan bahwa kekurangan chip AI tidak akan menghentikan tujuan China untuk memimpin dalam bidang AI. Pernyataan ini disampaikan di tengah meningkatnya pembatasan dari AS terhadap ekspor chip AI canggih ke China, termasuk larangan penjualan oleh perusahaan seperti Nvidia.
Menurut Zhang, pembatasan ini justru dapat menjadi dorongan untuk inovasi baru. “Tidak ada yang akan menyangkal bahwa kita menghadapi keterbatasan daya komputasi di China. Namun, kita tidak bisa hanya bergantung pada chip AI dengan teknologi manufaktur canggih sebagai fondasi utama infrastruktur AI,” katanya dalam sebuah forum di Konferensi AI Dunia di Shanghai, seperti dikutip oleh Reuters pada Jumat (5/7).
“Jika kita berpikir bahwa tanpa chip AI paling canggih kita tidak bisa memimpin di bidang AI, maka kita harus mengubah pandangan ini,” tambahnya.
Sejak dimasukkan ke dalam Daftar Entitas oleh AS, Huawei dilarang membeli chip canggih dari perusahaan AS. Meski begitu, Huawei telah mengembangkan chip AI-nya sendiri yang disebut Ascend, yang kini digunakan oleh banyak perusahaan di China untuk melatih model AI.
Meskipun chip Ascend AI dan chip lain dari perusahaan China masih kalah dalam hal daya komputasi dibandingkan chip dari Nvidia, Zhang menekankan pentingnya pendekatan inovatif yang lebih berfokus pada cloud. Menurutnya, inovasi dalam arsitektur komputasi dapat membantu mengatasi kekurangan chip AI canggih.
Selain itu, Zhang menyarankan pendekatan konvergensi yang menggabungkan cloud, edge, dan jaringan untuk mengurangi konsumsi energi dan meningkatkan efisiensi. Ia juga menyebut Huawei Cloud sebagai salah satu pemimpin dalam menyediakan solusi inovatif tersebut.
Komentar