JurnalPatroliNews – Latakia – Tartus, Suriah – Ketegangan kembali memuncak di kawasan barat laut Suriah setelah militer Israel meluncurkan serangan udara yang menyasar fasilitas penyimpanan rudal di wilayah Latakia dan Tartus. Serangan ini menewaskan seorang warga sipil dan memicu kerusakan di beberapa titik.
Mengutip laporan dari kantor berita Anadolu Ajansi, Minggu (1/6/2025), pihak militer Israel menyatakan serangan tersebut ditujukan pada lokasi strategis yang diduga menyimpan rudal pantai dan sistem pertahanan udara. Mereka menilai keberadaan fasilitas itu sebagai ancaman terhadap kebebasan pelayaran internasional dan keamanan nasional Israel.
Informasi dari SANA, kantor berita resmi Suriah, mengonfirmasi bahwa tiga gelombang serangan udara menghantam area pedesaan Latakia dan pinggiran pelabuhan Tartus. Salah satu serangan paling fatal terjadi di antara desa Zama dan Burj Islam di selatan Latakia, yang menyebabkan satu warga sipil kehilangan nyawa.
“Fasilitas penyimpanan senjata menjadi sasaran utama. Sayangnya, seorang warga sipil turut menjadi korban dalam serangan di dekat Burj Islam,” ungkap sumber militer Suriah kepada SANA.
Serangan ini menjadi yang pertama sejak awal Mei 2025, menandai berakhirnya jeda singkat ketegangan militer di wilayah tersebut. Sejak jatuhnya pemerintahan Bashar al-Assad akhir tahun lalu, Israel makin aktif melancarkan serangan terhadap target-target yang mereka anggap mendukung kelompok bersenjata anti-Israel.
Menariknya, serangan ini terjadi di tengah angin segar diplomasi: Amerika Serikat baru saja melonggarkan sanksi terhadap Suriah dan bahkan menunjuk Thomas Barrack sebagai utusan khusus untuk memperkuat jalur komunikasi bilateral. Belum ada pernyataan resmi dari otoritas Suriah mengenai serangan terbaru ini.
Di sisi lain, militer Israel menyebut serangan tersebut sebagai bentuk tindakan pencegahan demi menjaga stabilitas kawasan dan keamanan navigasi mereka.
“Kami tidak akan membiarkan siapa pun mengganggu kebebasan berlayar maupun merusak kestabilan regional,” tegas juru bicara militer Israel.
Dengan Israel yang masih menduduki Dataran Tinggi Golan sejak 1967, serangan ini berpotensi menjadi pemicu baru dalam hubungan panas antara kedua negara.
Komentar