Indonesia di Tengah Gejolak Global: Ketegangan Timur Tengah Guncang Stabilitas Pasar

JurnalPatroliNews – Jakarta – Meningkatnya konflik antara Iran dan Israel, ditambah potensi keterlibatan Amerika Serikat, kembali mengirimkan gelombang ketidakstabilan ke pasar global. Indonesia, sebagai bagian dari komunitas ekonomi internasional, tak luput dari dampaknya.

Pengamat pasar uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, menyebut bahwa saat ini Indonesia sedang menghadapi tantangan besar di tengah lanskap global yang penuh ketidakpastian.

“Indonesia berada dalam jalur badai ekonomi global yang semakin tak terprediksi,” ujarnya dalam pernyataan pada Sabtu, 21 Juni 2025.

Ia menekankan bahwa tekanan yang muncul akibat perubahan besar di struktur ekonomi dunia menuntut Indonesia memperkuat daya tahannya, baik dari sisi kebijakan dalam negeri maupun koordinasi antar lembaga strategis seperti fiskal, moneter, dan sektor riil.

“Memang kita tidak bisa mengubah arah angin global. Tapi yang bisa kita lakukan adalah memperkuat layar ekonomi domestik agar tetap menuju arah pembangunan yang berkelanjutan,” jelas Ibrahim.

Ia juga mengingatkan bahwa kebijakan fiskal dan moneter dari negara-negara maju berisiko besar menciptakan efek domino terhadap negara berkembang. Imbasnya bisa berupa pelemahan nilai tukar rupiah, hengkangnya investor asing, hingga meningkatnya beban bunga atas utang luar negeri.

Data terbaru Bank Indonesia mencatat bahwa sejak konflik Iran-Israel mencuat, dana asing mulai keluar dari pasar domestik. Selama sepekan terakhir, tercatat arus keluar modal asing atau capital outflow mencapai Rp2,04 triliun.

“Investor nonresiden membukukan jual neto sebesar Rp2,04 triliun, terdiri dari Rp1,78 triliun di pasar saham, Rp3,72 triliun pada Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), dan beli neto Rp3,47 triliun di Surat Berharga Negara (SBN),” terang Ramdan Denny Prakoso, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI.

Kondisi ini turut menekan kinerja pasar saham nasional. Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi sebesar 3,61 persen dalam sepekan. Indeks yang sebelumnya berada di level 7.166 kini merosot ke posisi 6.907.

Situasi ini menjadi sinyal bagi Indonesia untuk terus meningkatkan daya tahan ekonomi dalam menghadapi gelombang eksternal yang kian sulit diprediksi, sambil tetap menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan stabilitas jangka panjang.

Komentar