Pengamat: 95 Tahun Sumpah Pemuda Antara Harapan vs Seremonial Belaka? Ini Faktanya!

JurnalPatroliNews – Jakarta,- Perayaan hari ulang tahun (HUT) Sumpah Pemuda setiap tanggal 28 Oktober 1928 dijadikan tonggak sejarah sakral berkumpul dan bersatunya para elemen Pemuda-pemudi, yang merupakan rekonstruksi simbol perjuangan heroik kepemudaan yang digagas oleh Sukarno dkk dalam rangka untuk menyatukan nasionalisme kebangsaan Indonesia dengan tujuan menghindari perang saudara oleh aksi-aksi pemberontakan.

Dalam memperingati perayaan hari ulang tahun sumpah pemuda yang ke- 95 terasa hampa dan hambar, kalau dibandingkan tahun sebelumnya, kali ini perayaan HUT sumpah pemuda cuma seremonial belaka.

” Ini karena problematika kehidupan berbangsa dan bernegara tengah terseok- seok oleh karena banyaknya kasus- kasus hukum yang menimbulkan kepedihan mendalam dihati sanubari pemuda dan rakyat Indonesia, “ujar Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Studi Masyarakat dan Negara (LAKSAMANA), Samuel F. Silaen kepada wartawan di Jakarta (28/10/23).

Namun selebrasi HUT Sumpah Pemuda ke 95 tahun ini, justru yang terjadi berbagai macam manuver politik kekuasaan yang vulgar, baik yang biasa sampai yang luar biasa.

“Bila mau jelaskan situasi kebangsaan ini, bingung mulai dari mana untuk memperbaiki keadaan yang sudah porak-poranda ini. Semakin hari semakin memuncak persoalan yang dihadapi Bangsa Indonesia ini, “ucap ketua umum organisasi kemasyarakatan pemuda (OKP) itu.

Analisa Pengamat Politik Samuel F. Silaen jelaskan, “Kekuatan dan Kekuasaan politik penguasa sekarang sedang mengacak- acak tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga dampaknya begitu mengkhawatirkan masa depan bangsa Indonesia ini. Pertanyaannya sampai kapan bangsa ini dapat bertahan ketika tatanan kehidupan berbangsa bernegara tidak sedang baik- baik saja”.

Semangat sumpah pemuda 1908 jadi tonggak sejarah yang penuh kisah-kisah atau cerita perjuangan masa lalu itu sepertinya sudah usang ditelan bumi, nilai- nilai yang terkandung didalamnya tidak lagi menjiwai derap langkah perjuangan politik bangsa dan negara.

“ Kini bertanya- tanya harus bagaimana lagi caranya memperbaiki keadaan Bangsa Indonesia ini agar tidak makin terpuruk, “sebut mantan fungsionaris DPP KNPI itu.

Tambah Silaen, Kapan Tuhan yang maha kuasa memberikan pemimpin bangsa Indonesia seperti yang diharapkan dan didambakan oleh seluruh rakyat Indonesia. Sekarang rakyat justru Indonesia ingin kembali ke masa lalu dibawah kepemimpinan Soeharto yang konon katanya masih lebih baik dari kepemimpinan era reformasi 25 tahun ini, namun kerusakan sistem yang terjadi melebihi 30 tahun

Lanjut Silaen, Peringatan HUT 95 tahun sumpah pemuda pada tahun 2023 ini. Indonesia sepertinya gamang menghadapi situasi pelik dengan tantangan yang nyata-nyata didepan mata seperti diantaranya:

1) Demokratisasi (politik identitas, politisasi agama, money politik dan premanisme politik, dimana politik belum dimaknai sebagai adu gagasan/ program),

2) Disrupsi (perubahan besar-besaran, terutama dalam teknologi informasi yang didalamnya mencakup platform yang sehari- hari ada digenggaman)

3) Degradasi mental (meningkatnya kejahatan intelektual, matinya nurani karena tersandera politik transaksional dan belum maksimalnya penegakan hukum akibat minimnya aturan hukum),

4) Distorsi informasi (media sosial masih dibanjiri informasi sehingga sulit menyaring antara fakta vs hoax),

5) Distrust (krisis kepercayaan akibat minimnya suri tauladan yang tegak lurus kepada konstitusi atau aturan hukum yang ada),

6) Delusi (sulitnya membedakan fakta dan tidak akibat gempuran ombak informasi digital),

7) Defisit (berkurang/ hilangnya sumber penghasilan mata pencaharian akibat dampak Covid ditambah adanya perang dunia).

“Momentum peringatan HUT sumpah pemuda ke- 95 tahun ini, hendaknya dapat mengintropeksi, menyadarkan kita sebagai satu kesatuan yang utuh sebagai nation state dan tidak terpisahkan, dalam mengisi, melanjutkan dan memelihara harapan dan cita-cita para pendiri, tokoh pejuang kemerdekaan Republik Indonesia, “tutup Silaen.

Komentar