HeadlineMetroOpini

Denny Siregar, “Adek2ku Calon Teroris yang Abang Sayang”

Beno
×

Denny Siregar, “Adek2ku Calon Teroris yang Abang Sayang”

Sebarkan artikel ini

Adekku sayang..

Abang kasihan sama kalian. Teganya orangtua kalian mendoktrin kalian seperti ini. Hilang masa kecil kalian yang seharusnya berwarna. Kalian sejak kecil hanya tahu dua warna, kalau hitam ya putih aja.

Tau gak dek. Masa kecil abang dulu sangat bahagia. Abang main kejar2an, main layang2. Abang dulu kecil penuh dgn permainan. Ada petak umpet, main gundu, galah asin dan boy2an. Teman abang yang cewek main karet gelang, main congklak, wuih nikmatnya masa kecil kami.

JPN - advertising column


Example 300x600
JPN - advertising column

Dan karena kami kaya dengan semua permainan itu, abang tumbuh jadi orang yang kreatif, bergaul dgn semua orang tanpa kenal dia siapa, agamanya apa, dari suku mana. Bagi abang dulu semua sama, kami anak kecil yang bahagia yang kadang jotakan, tapi cepat baikan.

Indah, kan dek ?

Dan lihatlah diri kalian sekarang. Coba pandangi foto kalian. Menyedihkan, bukan ? Sibuk dengan bendera2 yg kalian juga gak tau artinya apa. Sibuk dgn simbol2 yg kalian jg gak tau maknanya. Wajah kalian kusam, ga ada cahaya kegembiraan seperti anak kecil umumnya.

Abang kasihan sama kalian. Lebih kasihan lagi sama orang tua kalian, yang dengan teganya mengumpankan kalian kepada ustad2 jahil, bodoh, goblok, dan terkadang jadi predator. Orangtua kalian yang tanpa sadar menjadikan kalian mesin penghancur, tanpa perasaan, eksklusif, fanatik dan sudah pasti bodoh dan tidak mudah bergaul dgn siapa saja.

Mereka yang merasa bangga, bukan kalian. Kalian hanya korban, adek2ku sayang. Korban dari kebodohan orangtua kalian, yang dulu waktu kecil sebenarnya kaya dgn permainan anak2. Tapi mereka mungkin selalu jadi pecundang, sehingga tidak punya kebanggaan diri dan mencari eksistensi lewat simbol2 kebanggaan semu yang miskin arti.

Kelak ketika kalian dewasa dan tumbuh jadi pribadi mengerikan yang ingin merusak ketahanan negeri ini, maafkan abang dek. Anak2 abang sudah dilatih untuk melawan kalian. Anak2 abang sudah abang didik untuk mencintai negeri ini dan siap membelanya sampai titik penghabisan.

Mungkin kelak kalian akan berhadapan dgn anak2 abang. Dan itu bisa jadi takdir kalian bertemu di simpang jalan. Bukan, bukan abang jahat. Tapi supaya ideologi kalian tidak berkembang dan merusak semua tatanan yg dibangun pendiri bangsa ini untuk hidup damai dalam keragaman.

Cium sayang abang untukmu, dek. Abang doakan kalian ketika dewasa, melawan semua doktrin yang sekarang dipaksakan kepada kalian.

Abang seruput kopi dulu, ya… Ahh, sedapnya. Jangan mau dikasi kencing onta dek, gak sehat buat otak kalian.

Salam.

Denny Siregar