Epidemiolog Minta Kehadiran Negara Lindungi Nakes, Ini Kata Pandu Riono

Jurnalpatrolinews – Jakarta : Epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono meminta kehadiran negara untuk melindungi tenaga kesehatan (nakes) yang kini banyak berguguran akibat pandemi virus corona (Covid-19).

Hal itu ia sampaikan langsung kepada Presiden Joko Widodo melalui akun twitternya @drpriono1.

“Pak @jokowi tolong negara bisa hadir lindungi nakes kita. Kita belum berhasil atasi pandemi dan kasus terus naik. Banyak tenaga kesehatan bergelimpangan terinfeksi Covid-19 dan sebagian wafat. Tugaskan @KemenkesRI untuk bekerja agar jangan ada lagi nakes yang jadi korban,” ucapnya, Minggu (6/9).

Pak @jokowi tolong Negara bisa hadir untuk lindungi Nakes kita. Kita belum berhasil atasi Pandemi dan kasus terus naik. Banyak tenaga kesehatan yg bergelimpangan terinfeksi Covid-19 dan sebagian wafat. Tugaskan @KemenkesRI  untuk bekerja agar jangan ada lagi Nakes yg jadi korban. pic.twitter.com/DOOoGIjEgp

— Juru Wabah (@drpriono1) September 5, 2020

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sebelumnya mencatat sebanyak 100 dokter meninggal per 31 Agustus lalu. Melalui keterangan tertulis, IDI menyebut seluruhnya meninggal terkait Covid-19.

Selama enam bulan pandemi berjalan, kasus Covid-19 di Indonesia justru terus mengalami peningkatan. Dalam sebulan pada Agustus saja, terakumulasi 66.420 kasus.

Penambahan kasus positif setiap harinya berkisar di angka 2.000-3.000 kasus. Pekan pertama September telah terakumulasi sebanyak 15.869 kasus.

Menurut data Sebaran Covid-19 di Indonesia, per Sabtu (5/6) jumlah konfirmasi positif sebanyak 190.665, dari data tersebut 136.401 dinyatakan sembuh, 7.940 meninggal, 46.324 merupakan kasus aktif yang masih membutuhkan perawatan.

Melihat data Covid-19 yang terus meningkat tersebut, Ahli Biostatistik dan Kependudukan Masyarakat ini juga menyarankan pemerintah untuk kembali menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara ketat mengingat kasus Covid-19 yang mengalami penambahan hingga 3.000 kasus dalam sehari.

“Kasusnya sudah lebih 180 ribu, yang harusnya dilakukan adalah lockdown, PSBB ketat. Semua moda transportasi di stop, kecuali transportasi untuk logistik makanan,” katanya kepada rekan media, belum lama ini. (lk/*)

Komentar