Dulang Batok Ciri Khas Desa Petandakan Beromset Puluhan Juta Rupiah Perbulan

JurnalPatroliNews.co.id – Singaraja,- Kabupaten Buleleng adalah salah satu wilayah utara Pulau Bali yang memiliki sektor industri kreatif yang terus berkembang pesat sampai saat ini. Banyak produk dari industri kreatif yang dihasilkan oleh tangan-tangan kreatif orang Buleleng yang bertalenta.

Terlebih karena mayoritas penduduk Pulau Dewata ini adalah penganut agama Hindu sehingga banyak bermunculan usaha-usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang memproduksi alat-alat kelengkapan untuk menggelar upacara atau sembahyang seperti dulang dan peralatan sembahyang lainnya.

Berbicara lebih jauh tentang dulang dan kerajinan tangan lainnya, pria yang satu ini juga mempunyai segudang kreatifitas yang dihasilkan oleh tangan terampilnya. Dia adalah Gede Merta Sariada dari Desa Petandakan, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng.

Ditemui di kediamannya, Kamis (14/9), Gede Merta menuturkan bahwa usaha yang dirintisnya mulai tahun 1997 ini berawal dari usaha turunan dari mendiang kakeknya terdahulu. Dulunya, usahanya hanya membuat mebel berbahan kayu kelapa yang dibantu oleh 3 karyawannya yang beralamat di “Nyiur Indah” Jalan Pulau Menjangan, Banjar Pondok Desa Petandakan Kabupaten Buleleng.

Tak hayal usahanya pun sering mengalami pasang surut. Puncaknya pada tahun 2002 silam seluruh Bali sedang berduka akibat ledakan bom dari teroris yang meluluh lantakkan pariwisata Bali bahkan Indonesia yang mengakibatkan usahanya sempat vakum. Seiring berjalannya waktu dan perekonomian Bali mulai tumbuh, usaha Gede Merta pun mulai ikut merangkak naik.

“Titik awal kejayaan usaha saya dimulai dari tahun 2007. Terbesit dipikiran saya untuk membuat dulang dan bokor mengingat di Bali produk tersebut sering digunakan dalam upacara keagamaan. Saya mulai mencoba berinovasi membuat dulang dan bokor dengan ciri khas tersendiri dengan berbahan dasar pohon mangga dan bermotif batok kelapa secara otodidak,” tuturnya.

Di luar prediksi, usahanya itu terbilang sangat sukses hingga kini. Orderan dan pesananpun banyak berdatangan dari berbagai daerah di Bali. Dimana waktu itu, usaha dulang batok ini meraup omset hingga Rp 35 juta perbulan dengan rata-rata memproduksi produk 300 biji perbulannya.

Namun tidak bertahan lama, nasib malang kembali menimpa Gede Merta. Berselang beberapa tahun usahanya kembali tertimpa masalah global yaitu pandemi Covid-19. Fisik dan pikirannya pun kembali diuji, satu per satu karyawannya terpaksa diberhentikan hingga omsetnya menurun drastis menyentuh Rp 20 juta hingga Rp 25 juta per bulannya.

Dengan sejuta pengalaman yang dimiliki, pasang surut usaha tidak lah menjadi penghalang bagi Gede Merta. Dirinya sangat percaya diri, semua akan berlalu dan akan mengalami masa kejayaan kembali. Semangatnya Ini sangat patut dicontoh oleh pengusaha lainnya, sehingga melalui kegigihannya itu usahanya kini mulai bangkit kembali sampai saat ini.

Kembali kepembahasan pembuatan dulang, saat ditanya secara teknis awal pembuatan dirinya menerangkan langkah awal yang dia lakukan adalah pemilihan bahan baku yang tepat, dari berbagai macam bahan baku yang pernah dipakainya seperti kayu pohon wani, durian dan mangga.

Dirinya memilih menggunakan kayu dari pohon mangga, semua itu tidak tanpa alasan karena baginya kayu pohon mangga memiliki tekstur kayu yang lebih kuat, alasan itulah yang menjadikan kerajinan miliknya memiliki ketahanan dengan jangka waktu yang panjang.

Komentar