Lestarikan Nyurat Aksara dan Berbahasa Bali, Tenaga Penyuluh Sasar Anak-Anak dan Generasi Muda Buleleng

Secara rutin dan berkelanjut, program kelompok belajar terus digaungkan Penyuluh Bahasa Bali ke seluruh desa/kelurahan. Mulai dari menjajagi sekolah-sekolah, dari jenjang SD hingga SMA/SMK, melakukan sinergi bersama tokoh adat dan pemerintah desa. Dalam perjalanannya, Gede Hari mengaku mendapat banyak respon positif, hanya saja masih banyak ditemui anak-anak yang masih malu-malu atau takut datang ke lokasi kelompok belajar kendatipun jaraknya dekat. Diakui setiap desa/kelurahan dengan karakter yang majemuk dalam kelompok belajar menjadi tantangan tersendiri bagi tenaga penyuluh. Namun secara keseluruhan, pihaknya menilai anak-anak dan generasi muda lebih tertarik belajar nyurat atau menulis aksara Bali ketimbang belajar berbahasa Bali halus. Namun demikian, pihaknya tidak putus semangat dan terus menanamkan bahasa Bali halus ketika melakukan komunikasi.

Pertamayasa menambahkan, berbagai upaya serius pelestarian bahasa Bali yang dilakukan Pemerintah dan Penyuluh Bahasa Bali tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan penuh dari masyarakat. “Jangan sampai lupa berbahasa Bali dan nyurat Aksara Bali, baik untuk kita selaku orang tua maupun juga kepada anak-anak sebagai generasi penerus bangsa. Kita semua mempunyai tanggungjawab bersama melestarikan ini,” pungkasnya.

Komentar