Pj Bupati Buleleng, Lihadnyana: “Tidak Ada Penyebaran Telur dan Nyamuk Wolbachia di Buleleng”

Lihadnyana juga tidak memungkiri bahwa setiap tahun terjadi kasus DB. Namun, program-program promotif dan preventif secara berkesinambungan telah dilakukan di Buleleng seperti program 3M. Setelah itu, secara berkala dan masif mengoptimalkan petugas-petugas jumantik dan memaksimalkan kerja dari puskesmas serta petugas kesehatan.

“Termasuk membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan menjaga kebersihan,” imbuh Pj Bupati yang juga Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Provinsi Bali ini.

Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Buleleng I Gede Artamawan menyebutkan bahwa dalam tahap sosialisasi tidak ada pendampingan dari Kemenkes RI. Hanya pihak dari World Mosquito Program (WMP) yang memberikan sosialisasi. Dalam tahap itu, WMP berencana menjadikan Kabupaten Buleleng dan Kota Denpasar sebagai percontohan. Dalam rencana tersebut juga akan diterapkan di 55 desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Buleleng.

“Namun, dari bulan Februari 2023 hingga saat ini tidak ada kebijakan ataupun rekomendasi dari Kemenkes RI mengenai penanggulangan DB menggunakan metode wolbachia,” sebutnya.

Dalam rentang waktu 2020 hingga 2023 terjadi penurunan signifikan dalam kasus DB di Buleleng. Pada tahun 2020 terjadi 3.502 kasus. Kemudian, pada tahun 2021 turun menjadi 1.152 kasus. Pada tahun 2022, turun lagi menjadi 865 kasus dan hingga Oktober 2023 terjadi 720 kasus.

“Mudah-mudahan tidak terjadi penambahan kasus lagi,” tutup Artamawan.

Komentar