Catatan Prof. Dr. Didik J. Rachbini Mengenang Emmy Hafild: Berterimakasihlah NTT & Indonesia Kepada Emmy Hafild

Mantan Direktur Eksekutif Walhi Almy Hafild atau yang dikenal dengan Emmy Hafild meninggal dunia pada usia 63 tahun, Sabtu (3/7/2021) pukul 21.17 di RS Pondok Indah, Jakarta.

Sepuluh tahun yang lalu Labuan Bajo bukan apa-apa.  Daerah ini cuma desa, yang sepi serta pesisir dan pantai, yang tidak berbeda dengan pantai-pantai dari ribuan pulau-pulau lain.  Labuan Bajo waktu itu tidak pernah dilirik siapa pun dan tidak pernah dikunjungi turis atau siapa pun karena memang tidak ada akses untuk menuju ke sana.  Daerah  ini dianggap sebagai daerah yang tidak penting untuk diingat, kecuali anak-anak sekolah menghapal dari buku akan adanya binatang purba di pulau Komodo.

Tetapi Labuan Bajo sekarang adalah daerah yang dikenal di seluruh jagad bumi karena jasa Emmy Hafild, yang berkampanye duet dengan Jusuf Kalla.  Kebanyakan publik dan rakyat Indonesia mempunyai ingatan pendek sehingga kenangan untuk Emmy Hafild ini penting untuk mengingatkan jasanya.

Emmy Hafild adalah kakak kelas saya, tetapi sangat jarang bertemu di kampus atau setelah menyelesaikan kuliah di IPB.  Saya menekuni bidang ekonomi, Emmy menekuni bidang lingkungan hidup.  Kami saling kenal, sesekali bertemu dalam suatu seminar.  Emmy menjadi pimpinan partai Nasdem, sebelumnya saya ikut mendirikan Ormasnya bersama Anies, Ahok, dan yang lainnya. Itu pun juga tidak pernah bertemu.

Meskipun bukan kawan yang bertemu setiap hari, di kalangan alumni IPB, Emmy sangat dikenal dan menjadi kebanggaan karena kiprah dan karyanya.  Apa yang dilakukan Emmy sangat penting untuk diingat, khususnya melakukan pemenangan hewan purba Komodo agar menjadi salah satu dari 7 keajaiban dunia baru.

Pekerjaan ini bersifat global dan kolektif yang melibatkan kelompok kecil yang berkampanye, yang perlu melibatkan puluhan atauratusan juta orang untuk berpartisipasi mendukungnya.  Untuk membuat gerakan kampanye khasahah kekayaan alam permai Indonesia, yakni Komodo, maka diperlukan tokoh nasional agar kampanye berjalan efektif.

Langkahnya cerdas dengan menggaet Jusul Kalla, sebagai mantan wakil presiden, yang dikenal sigap, tulus dan total dalam bekerja.   Jusuf Kalla berdiri di depan menjadi Duta Besar Komodo dan sekaligus menjadi Ketua Dewan Pembina Yayasan Komodo. Gerakan kolektif berhasil karena semakin banyak dukungan dari para artis sehingga dukungan SMS (belum ada WA ketika itu) tembus lebih dari 100 juta.   Akhirnya  pada bulan Mei 2012 Taman Nasional Komodo ditetapkan menjadi satu keajaiban dunia, selain Halong Bay, Iguazu Falls, Jeju Island, Puerto Princesa Underground River, Table Mountain, dan Amazon.

Sukses proyek besar mengubah Labuan Bajo menjadi kota wisata yang mengagumkan karena eksistensi hewan purba, yang diakui sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia (New7wonder).  Lapangan terbang dibangun, hotel-hotel bermunculan dan turis-turis dari berbagai belahan dunia datang untuk melihat the New 7 Wonder ini.

Kehebatan Emmy ini adalah legasinya yang mestinya tidak dan jangan dilupakan karena usaha keras itu mengalahkan 440 saingan dari 220 negara.   Sukses ini bukan merupakan hal mudah sehingga saya mengusulkan Emmy mendapat bintang jasa dari negara.

Propinsi NTT seharusnya juga memberi penghargaan kepadanya, terutama menjaga passionnya dalam lingkungan hidup. Pantai Labuan Bajo, pulau Rinca,. Pulau Komodo sudah mulai rusak lingkungannya karena tidak terjaga.  Sampah-sampah bertebaran tidak hanya mengganggu tetapi sudah merusak keindahan alamnya.

Selamat Jalan Emmy Hafild semoga husnul khatimah dan keluarga yang ditinggalkan mendapat kesabaran dan keikhlasan. Duka cita yang mendalam dan terimakasih atas perjuanganmu untuk Indonesia.

 

Depok, 4 Juli 2021

Prof. Dr. Didik J. Rachbini

Alumni IPB, Rektor Universitas Paramadina

 

Komentar