Dear Pak Jokowi, Mohon Didengar Warning Dari IMF & Bank Dunia

JurnalPatroliNews – Perekonomian dunia diprediksi akan mengalami kegelapan pada 2023. Ini terjadi karena beberapa faktor yang dikenal dengan istilah The Perfect Storm, di antaranya seperti inflasi yang tinggi dan tak terkendali, sehingga menyebabkan terjadinya gangguan perekonomian mulai dari kontraksi ekonomi yang menuju resesi ekonomi hingga stagflasi.

Peringatan ini sudah diberikan oleh empat lembaga internasional, yakni International Monetary Fund (IMF), World Bank, Asian Development Bank (ADB), dan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).

Empat lembaga internasional tersebut memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2023 secara tahunan (year-on-year/yoy) diperkirakan pada rentang 4,7% hingga 5%. Proyeksi ini berada di bawah perkiraan pemerintah sebesar 5,3%. Namun, Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 4,5%-5,3%.

Adapun, IMF mempertahankan proyeksi ekonomi Indonesia untuk tahun ini sebesar 5,3%. Namun, memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dari 5,2% menjadi 5% pada 2023.

Pertumbuhan 5% tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan negara maju lainnya, seperti Amerika Serikat yang diperkirakan 1,6% pada 2022 dan turun menjadi 1% pada 2023.

Kemudian, World Bank atau Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023, dari 5,1% yoy menjadi 4,8% yoy.

Rilis Bank Dunia edisi Desember 2022 memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5,2% pada 2022, kemudian sedikit melambat menjadi 4,8% pada 2023, kemudian 4,9% pada 2024, dan naik menjadi 5% pada 2025. “Dengan pertumbuhan yang diharapkan dapat dipertahankan rata-rata sebesar 4,9% dalam jangka menengah (2023-2025),” ujar Kahkonen dalam siaran resminya yang dirilis pertengahan Desember 2022, dikutip Sabtu (7/1/2023).

Lebih lanjut, Asian Development Bank (ADB) memperkirakan ekonomi Indonesia pada 2023 akan tumbuh sebesar 4,8% yoy, lebih rendah dari perkiraan awal yang sebesar 5%.
Mengutip laporan Asian Development Outlook edisi Desember 2022, laju ekonomi Indonesia pada 2022 mampu terjaga pada kisaran 5,4% yoy di tengah volatilitas ekonomi global.

Kendati demikian, pelemahan yang terjadi di negara-negara maju, membuat ADB memproyeksikan pertumbuhan di tanah air akan melambat. “PDB riil tumbuh tinggi mencapai 5,7% pada kuartal III-2022. Namun, hambatan-hambatan akan memperlambat pertumbuhan ekonomi 2023 menjadi sebesar 4,8%,” tulis ADB dalam laporannya.

Sementara itu, Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) dalam publikasi OECD Economic Outlook memproyeksikan ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,7% pada 2023, turun dari proyeksi awal yang sebesar 4,8%.

Proyeksi penurunan pertumbuhan OECD tersebut diperkirakan karena, adanya permintaan domestik dan pertumbuhan konsumsi di sektor swasta yang tertahan di tengah inflasi yang masih akan tinggi.

Selain bayangan inflasi, perekonomian domestik tahun depan juga masih dibayangi persoalan global terkait energi, pupuk dan pangan.

Munculnya dinamika politik menjelang Pemilihan Presiden pada 2024 juga akan mulai terasa pada tahun depan.

OECD juga menilai ada sejumlah risiko yang bisa menghambat laju pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa mendatang. “Kebijakan moneter harus tetap ketat, sementara dukungan untuk rumah tangga rentan harus tetap terjaga,” jelas OECD.

Ramalan-ramalan dari lembaga internasional ini tidak bisa dianggap angin lalu. Pasalnya, ramalan ini disertai peringatan yang telah digaungkan berulang kali. Selain itu, kondisi perang di Ukraina dan pengetatan suku bunga di negara maju belum juga reda. Sementara itu, ekonomi China mulai ‘batuk-batuk’.

IMF pun mengatakan bahwa sepertiga perekonomian dunia akan mengalami resesi. Hal ini disampaikan oleh Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva dalam sebuah wawancara dengan CBS beberapa waktu lalu.

Dia mengatakan tahun 2023 akan menjadi tahun yang sulit bagi perekonomian global karena mesin utama pertumbuhan global – Amerika Serikat, Eropa, dan China – semuanya mengalami pelemahan. “Kami memperkirakan sepertiga perekonomian dunia akan mengalami resesi. Bahkan negara yang tidak dalam resesi, akan terasa seperti resesi bagi ratusan juta orang,” kata Georgieva.
Respons Jokowi

Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menyadari hal ini. Jokowi bahkan menyebutkan bahwa tahun 2023 adalah tahun ujian bagi Indonesia. “Kalau kita melihat secara global tahun 2022 ini tahun turbulensi, tahun 2023 ini adalah tahun ujian. Kalau kita bisa melewati turbulensi kemarin di 2022, kita harapkan di tahun 2023 ini tahun ujian ini dilewati, Insya Allah lebih mudah di tahun 2024,” kata Jokowi.

Komentar