Ini Dia Penyebab Lembaga Keuangan Rentan Terkena Serangan Siber

Pelaku ancaman mencuri data non-kritis mengenai karyawan bank sebelum mengenkripsi sistem. Kelompok hacker Conti Ransomware mengklaim serangan tersebut setelah membocorkan sebagian file yang diduga telah dicuri. Agar ransomware bekerja, penjahat siber pertama-tama perlu mendapatkan akses menuju sistem target, mengenkripsi file, dan kemudian meminta tebusan dari korban.

Salah satu cara untuk menyusup ke sistem adalah melalui email phishing — salah satu mekanisme pengiriman paling umum untuk ransomware. Faktanya, Check Point Research menemukan bahwa 92 persen file berbahaya di Indonesia dikirim melalui email dalam 30 hari terakhir.

Maka, yang diperlukan penjahat siber untuk menyerang hanyalah satu karyawan yang kurang memiliki informasi mengklik tautan di email berbahaya tersebut, dan hal itu dapat menjadikan seluruh asset digital perusahaan tersandera.

“Dalam iklim ransomware saat ini, serangan rantai pasokan dan perjuangan terus-menerus melawan malware baru yang terus berevolusi, threat intelligence dan kemampuan merespons secara cepat menjadi hal yang sangat penting,” kata Deon Oswari. “Kecerdasan komprehensif yang secara proaktif menyingkirkan ancaman, menyediakan layanan keamanan terkelola untuk memantau jaringan Anda, dan kemampuan respons insiden untuk merespons dan menghentikan serangan siber dengan cepat, semua hal tersebut menjadi penting untuk menjaga bisnis Anda tetap berjalan di tahun 2022 ini,” lanjut Deon Oswari. Lebih lanjut, Otoritas Jasa Keuangan Indonesia (OJK) telah mengimbau industri jasa keuangan sejak tahun 2021 untuk meningkatkan tata kelola teknologi informasi dan manajemen risikonya.

OJK mengungkapkan roadmap pengembangan perbankan Indonesia hingga 2025, yang dibuat untuk mendukung masa depan perbankan digital, serta memperkuat fundamental hukum dan kebijakan keamanan siber. Oswari menambahkan, “Banyak perusahaan-perusahaan berusaha untuk membangun keamanan mereka dengan menambal sulam produk satu fungsi dari beberapa vendor, namun seringkali gagal dan celah keamanannya dibiarkan.” “Hal ini terjadi karena teknologi yang digunakan tidak terintegrasi.

Pendekatan seperti ini juga menghasilkan overhead yang besar karena pekerjaan jadi tergantung pada banyak sistem dan vendor, padahal yang menjadi tujuan semula adalah satu solusi yang terintegrasi,” kata Deon Oswari. Check Point Software merekomendasikan prinsip-prinsip berikut ini agar bisnis tetap aman di dunia maya.

Menjaga keamanan tetap higienis Pastikan up-to-date patch keamanan di semua sistem dan perangkat lunak. Jaringan harus tersegmentasi, menerapkan firewall yang kuat dan perlindungan IPS antara segmen jaringan untuk mencegah penyebaran infeksi ke seluruh jaringan.

Pertimbangkan tools seperti Check Point CloudGuard untuk memberikan keamanan cloud yang terpadu di semua aset dan beban kerja Anda, di seluruh multi-cloud, memberikan organisasi kepercayaan diri untuk mengotomatisasi keamanan, mencegah ancaman, dan mengelola postur pada kecepatan dan skala cloud. Prinsip Hak Istimewa Terendah Hak istimewa pengguna dan perangkat lunak harus dijaga seminimal mungkin.

Komentar