Israel Lancarkan Serangan ke Fasilitas Nuklir Iran, Ketegangan Regional Memuncak

JurnalPatroliNews – Konflik di kawasan Timur Tengah memasuki babak baru setelah militer Israel melancarkan serangan langsung ke dua pusat pengembangan nuklir utama milik Iran, yakni reaktor air berat Arak dan kompleks pengayaan uranium Natanz, pada Kamis pagi, 19 Juni 2025.

Operasi ini disebut sebagai salah satu tindakan militer paling berani Israel dalam beberapa tahun terakhir, menyusul rentetan eskalasi yang terjadi selama sepekan terakhir dan meningkatnya potensi keterlibatan militer Amerika Serikat di kawasan.

Dalam pernyataan resminya, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengungkapkan bahwa lebih dari 40 pesawat tempur dikerahkan dalam serangan dini hari itu. Sekitar 100 bom presisi tinggi dijatuhkan ke berbagai target strategis di Iran, termasuk dua fasilitas nuklir yang dianggap krusial oleh komunitas internasional.

“Serangan ini difokuskan pada sistem yang berkaitan dengan produksi plutonium, sebagai upaya mencegah reaktor Arak difungsikan untuk pengembangan senjata nuklir,” tulis IDF, dikutip dari Times of Israel.

Sebelum menggempur reaktor Arak, militer Israel mengklaim telah mengeluarkan peringatan kepada warga sipil di sekitar lokasi agar segera mengungsi. Reaktor tersebut diketahui masih dalam tahap penyempurnaan dan sebelumnya dilaporkan ke Badan Energi Atom Internasional (IAEA) bahwa pengoperasian penuh baru dijadwalkan tahun depan.

Sementara itu, fasilitas Natanz menjadi sasaran karena dianggap menyimpan teknologi dan komponen penting yang mendukung akselerasi program nuklir Iran.

“Natanz adalah pusat dari proyek-proyek yang berpotensi mempercepat pengembangan senjata nuklir. Kami menargetkan peralatan utama yang bersifat unik dan sensitif,” tambah IDF.

Di tengah kekhawatiran akan potensi kebocoran radiasi, media resmi Iran menegaskan bahwa reaktor Arak tidak mengalami kerusakan yang menyebabkan radiasi berbahaya. Seorang jurnalis lokal dari wilayah Khondab juga melaporkan bahwa warga telah dievakuasi sebelum serangan terjadi dan tidak ada kerusakan parah pada infrastruktur sipil.

Tidak hanya dua situs utama tersebut, Israel juga menghantam fasilitas militer lain di beberapa kota besar seperti Isfahan, Kermanshah, dan Shiraz. Sasaran serangan meliputi instalasi pertahanan udara, sistem radar, dan lokasi peluncuran rudal balistik. Laporan dari media Iran International menyebut suara ledakan besar terdengar di ketiga kota tersebut pada dini hari.

Di sisi lain, pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dikabarkan terus memantau situasi. Meski telah menyetujui rencana militer terhadap Iran, Trump disebut masih menimbang langkah lebih lanjut sembari menunggu apakah Iran akan menghentikan aktivitas nuklirnya.

Sumber dari Wall Street Journal menyebut Trump tengah berkonsultasi dengan para pejabat militer soal potensi penggunaan bom penghancur bunker seberat 30.000 pon, yang dirancang untuk menghancurkan fasilitas seperti kompleks bawah tanah Fordo milik Iran.

Mengutip laporan Axios, sejumlah pejabat Pentagon menyebut bom jenis Massive Ordnance Penetrator itu mungkin cukup kuat untuk menembus kedalaman Fordo, meski belum pernah digunakan dalam medan perang.

Israel dikabarkan memberi sinyal kepada AS bahwa bila senjata itu gagal menembus pertahanan Fordo, maka opsi lain—termasuk operasi pasukan khusus—bisa diambil sebagai alternatif untuk melumpuhkan target.

Situasi ini makin meningkatkan kekhawatiran global bahwa kawasan Timur Tengah akan terseret ke dalam perang terbuka berskala besar, dengan potensi menarik keterlibatan kekuatan besar dunia.

Komentar