Ketika Aku Bersujud ke Pangkuan Ilahi, SBY Tebar Satire, Singgung Sejumlah Sahabat yang Melukai

JurnalPatroliNews – Jakarta,– Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengaupload sebuah video podcast dalam akun youtube pribadinya tentang perenungan Partai Demokrat yang tengah diacak-acak. Dalam video tersebut satire SBY mengungkap tak percaya sahabat yang melukai.

Video podcast SBY itu berjudul ‘Kebenaran dan Keadilan Datangnya Sering Terlambat Tapi Pasti’ Mantan Presiden itu meratapi sahabat yang telah telah lama bersama melukai dengan merusak stabilitas Partai Demokrat.

“Perbuatan dan perlakuan sejumlah sahabat yang sangat melukaiku juga melukai orang-orang yang setia, yang mencintai dan berjuang di sebuah perserikatan partai politik,” kata SBY salah satu bait dalam podcast, Kamis (18/3/2021).

Sahabat yang selama 20 tahun bersama tega melukai. Kejadian yang tak pernah dibayangkan akan terjadi.

“Sesuatu yang menabrak akal sehat, etika dan budi pekerti juga bertentangan dengan sifat keperwiraan dan kekesatriaan,” jelasnya

Kebenaran dan Keadilan Datangnya Sering Lambat Tapi Pasti.

Malam itu Cikeas bagai kota mati atau dusun kecil yang terbentang di kaki bukit yang sunyi.

Suasana sungguh mencekam, hening dan sepi.

Ketika kubuka jedela, di dekat sajadah mendiang istriku yang sedikit lusuh namun menyimpan kenangan yang teramat dalam yang kini menjadi teman setiaku.

Ketika aku bersujud ke pangkuang ilahi di kejauhan, kupandangi langit yang pekat kehitaman, tak ada cahaya bulan atau gemerlapnya bintang-bintang.

Rintik hujan yang turun sejak senja pun kini telah pergi. Tinggal derak pohon dan dedaunan yang terdengar lirih berdesir pertanda angin malam menyapa dan menghampiri

Kututup kembali jendela tua di kamar ku dan aku mencoba merabahkan diriku di ranjang, mengingat jam dinding telah menunjukkan angka 12.

Namun entah kenapa sulit sekali memejamkan kedua mataku, hati ku terjaga pikiranku mengembara. Aku bangkit kembali dari tempat tidurku dan diduduk di kursi koklat tua tepat di depan televisi lamaku.

Sepertinya aku harus menata hati dan pikiranku yang tiba tiba terbang keman-mana. Nampaknya pula aku harus bertafakur, berkontemplasi seperti yang sering kulakukan disepanjang jalan hidupku. Terutama ketika aku tengah menghadapi cobaan dan ujian dari tuhanku.

Di keheningan malam itu lah aku berkontemplasi dari cobaan baru yang aku alami. Dalam kekuatan iman yang kumiliki aku bertanya pada sang pencipta juga mengadu mengapa cobaan ini mesti datang seperti ini.

Perbuatan dan perlakuan sejumlah sahabat yang sangat melukaiku juga melukai orang-orang yang setia, yang mencintai dan berjuang di sebuah perserikatan partai politik.

Yang selama 20 tahun aku juga ikut bersamanya, sesuatu yang tak pernah aku bayangkan bahwa itu bakal terjadi.

Sesuatu yang menabrak akal sehat, etika dan budipekerti juga bertentangan dengan sifat keperwiraan dan kekesatriaan.

Sebenernya, aku tak meratap atau hendak meminta-minta kepada Allah di luar yang seharusnya kumohon kan kepadanya.

Aku anak desa yang dilahirkan di tanah Pacitan yang ketika aku remaja penuh dengan tantangan baik alam maupun kehidupan. Masa laluku jauh dari jauh dari ketercukupan.

Aku kerap terbanting dengan duka dan nestapa meski sekejappun tak pernah kufur dari rasa syukur.

Justru di usiaku yang memasuki 7 dasawarsa ini aku sering mengalami kesulitan, bagaimana caraku berterimakasih pada sang Kholik yang telah memberiku begitu banyak berkah dan anugrah.

Dalam kekhusukan tafakurku, Toba Toba aku terlibat percakapan di Lubuh hatiku yang paling dalam, tentu aku tidak mengerti apakah dialog dalam batinku ini sebuah tuntunan ilahi, atau Allah telah membukakan pintu kalbuku untuk menggunakan semua yang telah diberikan untukku, akal, intuisi, keyakinan yang aku miliki yang terus aku asah sepanjang perjalanan hidupku.

Dialog dan percakapan bantinku pun berlangsung, tak ada emosi, tak ada kegaduhan dan tak ada pula fitnah serta pertengkaran. Teduh, tulu dan jujur.

Kenapa harus bersedih? Tidakkah cobaan dan ujian telah kau alami berpuluh-puluh kali.

Aku tau hari-harimu sungguh berat dan seolah awan hitam menyelimuti hidupmu, aku tau di usiamu yang telah memasuki masa senja ini engkau tak pernah membayangkan bahwa hal ini tak pernah terjadi.

Hatimu pasti terhina, sedih dan terluka.

Betapa partai politik yang gagas berdirinya serta pernah kau pimpin dan besarkan kini harus mendapatkan perlakuan seperti ini. Sesuatu yang ketika kuasa ada dalam dirimu, ada dalm tanganmu perlakuan tak terpuji seperti itu tak pernah kau lakukan.

Tapi itulah hidup, itu lah takdir itu lah dunia kita, namun tak perlu berkecil hati, tidak kan telah melalui berbagai cobaan dan ujian, dan kau mampu mengatasinya?

Ingat bersama kesukaran ada kemudahan. Setiap masalah ada solusinya.

Kuyakini ini tuntutan pertama.

Aku masih khusuk dalam perenungan diri. Dialog dalam batinku yang sunyi terus berlangsung.

Bisikan nurani terus berlangsung.

Bagaimana dan langkah seperti apa yang akan engkau lakukan?

Kalau itu yang engkau tanyakan sebenarnya engkau telah menemukan jawabannya. Tidakkah pemimpin parati yang tengah diobok-obok sekarang ini telah berketetapan hati untuk berjuangan guna mempertahankan kedaulatan, kehormatan dan eksistensi perserikatan yang sama sama kalian cintai.

Langkahmu sudah benar, itu misi suci, itu juga tanggung jawab terhadap jutaan anggota partai yang sangat tidak adil jika mereka kehilangan masa depannya. Apalagi kau sendiri mengatakan bahwa misi suci iku hendak dilaksanakan secara damai berdasarkan konstitusi dan pranata hukum yang belaku, itulah jalan yang insyaallah akan dirahmati oleh tuhan.

Betapapun amarahnya kalian kau memilih kemungkaran yang sama-sama mungkarnya, sebuah akhlaq dan peradaban politik yang mendidik dan meneduhak.

Kuyakini inilah tuntunan yang kedua.

Aku makin khusuk dalam kontemplasi yang kulakukan, malam semakin larut berhenti berputar, desiran angin dan pepohonan di depan rumahku pun tak lagi ku dengar, aku bersyukur karena semua pertanyaan batin yang kusimpan dalam hati sanubariku satu sati telah mendapatkan jawabannya

Era ini adalah era politik pasca kebenaran artinya politik tanpa disertai kebenaran banyak fitnah, pembubuhan karakter, berita bohong serta muslihat dan tipu daya, banyak yang berduka dan menjadi korban.

Kadang uang dan kekuasaan menyatu menjelma menjadi kekuatan maha dahsyat yang bisa melindas dan menggila siapa saja, menghalalkan segala cara bukanlah sebuah aib dan pertanda matinya etika,

Di tengah suasana seperti itu, engkau dan para pemimpin partai yang saat ini tengah mencari keadilan mesti berbangga, karena kalian tak tergoda untuk mudah berburuk sangka, menuduh sembarangan, sifat yang tidak suzon adalah sifat yang terpuji.

Sebagian orang memang mengatakan bahwa jika kita hidup di zaman edan jangan bersikap dan bertindak waras karena pasti tidak mendapatkan apa-apa.

Namun jalan yang seperti itu bukan Yang kau pilih, akibatnya satu keniscayaan, partai yang kau sayangi sering terguncang dan tersandung itu konsekuensinya.

Namun jika itu yang kau pilih yakinkan semuanya kuat, tabah dan tegar baik lahir maupun batin, hidup tak seindah bulan purnama, hidup memerlukan kesabaran dan pengorbanan.

Inilah tuntunan ketiga yang aku yakini.

Renunganku makin dalam aku tak ingat lagi aku berada dalam dunia kalbu yang penuh keheningan itu, alam pun tak akan menemani dan ikut berempati.

Aku tahu ada kesalahan yang ada dalam pikiranmu, bagaimana jika hukum tidak berpihak kepada yang benar, bagaimana jika ada jarak yang menganga antara hukum dan keadilan, kau tidak berdosa jika mencemaskan itu, karena kau berpijak di alam nyata bukan dalam dunia legenda yang serba indah dan penuh pesona.

Namun, yakinlah bahwa di negeri ini masih banyak yang berhati mulia saudara-saudaramu di pinggir-pinggir kota dan di pelosok-pelosok desa juga ikut berempati dan berdoa. Ikut merasakan apa yang kau rasakan.

Percayalah bahwa para pemegang palu keadilan akan mendapatkan tuntunan tuhan untuk senantiasa bertindak adil dan benar.

Kembali kuyakini ini adalah tuntunan ke-empat. Ketika waktu telah bergeser perlahan menyambut datangnya fajar di dini hari, aku bagai mendapatkan isyarat bahwa hampir rampung jawabannya kumohonkan, jawaban terhadap istikharah yang aku lakukan.

Aku biasa memadukan antara oleh nalar intuisi, dan tuntunan yang mahakuasa. Terlalu sombong jika manusia merasa memiliki segalanya dan tak menyadari kelemahan dan kekurangannya.

Inilah bisikan kalbu terakhir atau yang kelima dalam renunganku di malam perenungan yang syahdu itu, kau harus bersyukur mengamini kata-katamu bahwa tak ada jalan yang lunak untuk meraih cita-cita yang besar, juga Tak ada yang serna mudah untuk mengatasi masalah yang berat,

Terhadap itu semua sejarah telah mencatat bahwa yang kau katakan itu juga telah kau jalankan dalam perjalanan hidupmu, saat ini kau juga telah melakukannya lagi, artinya kau bukan termasuk golongan yang mudah menyerah, semangat dan tekadmu tak mudah patah, ini modal penting bagi mu dan semua pemimpin partai dalam meraih sukses di hadapan.

Barangkali kau sering merasa lemah ketika menghadapi yang kuat, apalagi saat kuat, namun jangan lupa, jika Tuhan menakdirkan yang lemah lemah itu akan diangkat menjadi aku buat, sementara itu barang kau merasa sangat berat untuk mendapatkan kebenaran dan keadilan yang sejati, seolah jalan dihadapanmu tertutup buka ada jurang yang sangat dalam dan tebing tinggi man terjal. Namun percayalah, hukum kehidupan mengajarkan bahwa pada akhirnya kebenaran dan keadilan akan datang, datangnya mingkin lambat tapi pasti.

Di penghujung bisikan nurani itu aku, Aku menengadahkan tanganku seraya berucap terima kasih Tuhan, betapa tentram rasa hatiku ketika sang pencipta kini telah menguatkan hati dan pikiran.

(*/lk)

Komentar