JurnalPatroliNews – Kawasan Timur Tengah kembali diambang krisis besar setelah konflik antara Iran dan Israel semakin meningkat tajam. Ketegangan ini diperparah oleh pernyataan tegas dari Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, yang mengingatkan Amerika Serikat agar tidak mengambil langkah militer yang bisa memperkeruh situasi.
Pernyataan keras itu muncul sehari setelah Presiden AS Donald Trump mendesak Iran untuk menyerah tanpa syarat di tengah rentetan serangan rudal yang saling dilancarkan oleh kedua negara.
Khamenei memperingatkan bahwa Iran tidak akan tinggal diam jika kedaulatan wilayahnya dilanggar atau jika darah para pejuangnya ditumpahkan akibat serangan Israel.
“Setiap bentuk intervensi militer dari AS hanya akan menimbulkan kerusakan jangka panjang dan tidak akan dibiarkan tanpa balasan. Iran tidak tunduk pada ancaman, dan setiap aksi agresif akan dibayar mahal oleh Amerika,” ujar Khamenei seperti dilansir Middle East Monitor, Kamis (19/6/2025).
Ia juga menegaskan bahwa pihak luar, terutama Amerika, tidak seharusnya berbicara kepada Iran dengan nada intimidatif, mengingat bangsa Iran telah lama terbentuk dari sejarah perlawanan.
“Mereka yang paham sejarah kami tentu tahu bahwa bahasa ancaman tidak akan pernah ampuh terhadap bangsa ini,” tandasnya.
Khamenei menolak segala bentuk tekanan militer yang ditujukan untuk memaksa Iran berdamai, menyebut bahwa negaranya tidak akan menerima kesepakatan yang lahir dari paksaan atau intimidasi.
Konflik antara Iran dan Israel memasuki fase kritis sejak Jumat pekan lalu, ketika militer Israel menggempur sejumlah target strategis di Iran, termasuk fasilitas yang diduga terkait program nuklir. Sebagai respons, Iran meluncurkan puluhan rudal ke arah berbagai wilayah di Israel.
Pemerintah Israel mengklaim bahwa serangan balasan dari Iran telah menyebabkan setidaknya 24 warganya meninggal dunia dan ratusan lainnya mengalami luka. Sementara itu, laporan media resmi Iran menyebut lebih dari 1.300 orang mengalami luka-luka dan sekitar 585 orang tewas akibat serangan udara Israel.
Situasi ini memicu kekhawatiran global bahwa bentrokan antara dua negara tersebut bisa berubah menjadi konflik regional yang menyeret kekuatan besar dunia, dan membawa Timur Tengah ke dalam krisis perang terbuka yang lebih luas.
Komentar