Peraih Pena Mas PWI Pusat itu Telah Berpulang, Indonesia Kehilangan Tokoh Perdamaian

JurnalPatroliNews – JAKARTA,–  DR. Sinyo Harry Sarundajang yang akrab disapa SHS, Sabtu dini hari (13/02/2021) pukul 00.35 WIB, menghembukan nafas terakhirnya, di RS Siloam Jakarta.

Kabar duka peraih penghargaan Pena Emas dari Persatuan Wartawan Indonsia (PWI) Pusat tahun 2013 ini, diketahui dari putrinya, Vanda Sarundajang yang juga merupakan anggota DPR RI dari PDI Perjuangan melalui laman facebooknya.

Inilah tulisan Vanda sambil menggenggam tangan SHS, “Terpujilah Tuhan Yesus Sang Empunya hidup dan kehidupan! Tuhan Yesus sangat baik! Selamat Jalan Papa-ku sayang.. Tenanglah dalam pangkuan Bapa di Sorga”

SH Sarundajang yang pernah tercatat sebagai Anggota Biasa PWI (1987), dikenal masyarakat Sulawesi Utara sebagai Tokoh Nasional yang membawa daerah Sulawesi Utara mendunia. Salah satu event internasional yang pernah digelar dimasa SHS menjabat Gubernur Sulawesi Utara adalah World Ocean Conference (WOC) atau Konferensi Kelautan Dunia tahun 2009 di Kota Manado.

Gubernur Sulawesi Utara Pilihan rakyat pertama yang memerintah selang dua periode sejak tahun 2005 – 2010 dan 2010 – 2015 ini, dikenal juga sebagai tokoh Pembangunan.

Banyak karya pembangunan yang dirintis dan dikerjakan dimasa pemerintahannya. Sebut saja Ring Road 1 dan 2 , Toll Manado – Bitung dan Perluasan Bandara Samratulangi serta Jembatan Ir. Soekarno, Kawasan Ekonomi Khusus , juga Bitung Hub Port.

Selain pernah menjadi Gubernur Sulawesi Utara, SHS pernah juga dipercayakan sebagai Penjabat Gubernur Maluku dan Maluku Utara serta memimpin upaya rekonsiliasi atas peristiwa SARA di pulau Maluku. Karena itu beliau dikenal juga sebagai tokoh perdamaian.

Saat meninggal dunia, SHS masih dipercayakan Presiden Joko Widodo sebagai Duta Besar Berkuasa Penuh atas Philiphine merangkap Kepulauan Marshal dan Palau. Mantan Irjen Depdagri ini meninggalkan seorang istri, Deitje Laoh Sarundajang dan empat orang anak, masing-masing Ivan Sarundajang (Wakil Bupati Kabupaten Minahasa 2013-2018), Vanda Sarundajang (Anggota DPR RI 2009-2014, 2014-2019, dan 2019-sekarang), Fabian Sarundajang (Anggota DPD RI 2014-2019 dan kini sebagai Bndahara Umum KNPI Pusat), dan Eva Sarundajang (Angota DPRD Propinsi Sulawesi Utara 2014-2019).

Di dunia pers, Sinyo Harry Sarundajang merupakan sosok yang sudah tidak asing lagi, Selain memiliki kartu keanggotaan PWI (Anggota Biasa), Ia juga pernah tercatat sebagai Anggota Dewan Pers (2016-2019) dari unsur Tokoh Masyarakat.

Berlatar belakang pendidikan S2 Ahli Adminsitrasi Teritorial pada Institute International Administration Publique Francis, berhasil menyelesaikan pendiikn S3nya sebagai ahli Ilmu Politik, di Universitas Gajah Mada (UGM) serta mendpat gelar Doctor (Hc) Bidang Perdamaian dari UIN Malang.

Sarundjang memulai karir birokrasinya sebagai Kepala Biro Pemerintahan di Setda Provinsi Sulawesi Utara tahun 1977.

Selanjutnya sebagai Pj. Sekretaris Wilayah Daerah Tingkat II Kabupaten Minahasa tahun 1978. Menjabat Sekretaris Wilayah Daerah Tingat II Kabupaten Minahasa (untuk periode yang kedua) pada Tahun 1983.

Beberapa tahun kemudian, Sarundajang dipercaya menjabat sebagai Walikota Administratif Bitung tahun 1986, dan dilanjutkannya sebagai Walikota Daerah Tingkat II Bitung tahun 1990-2000 (dua periode).

Tahun 1999 menjadi Ketua Harian Badan Pengelola Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Manado Bitung sampai tahun 2000. Kemudian menjabat Inspektur Jenderal (Irjen) Departemen Dalam Negeri tahun 2001-2015. Merangkap jabatan sebagai Pj. Gubernur Maluku Utara Tahun 2002 dan Pj. Gubernur Maluku tahun 2003.

Selepas itu, Sarundajang kemudian menjadi Gubernur Sulawesi Utara selama dua Periode, tahun 2005 s/d 2015. Di tengah masa jabatannya sebagai Gubernur, Ia menjadi Ketua Umum Panitia Daerah Penyelenggaraan World Ocean Conference (WOC), Coral Triangle Initiative Summit (CTI) serta Sail Bunaken Tahun 2009.

Selain berbagai jabatan tersebut, Ia juga aktif menulis buku. Beberapa karyanya, antara lain, Pemerintah Daerah di Berbagai Negara (1997), Arus Balik Kekuasaaan Pusat ke Daerah (1999), Birokrasi dalam Otonomi Daerah, Upaya Mengatasi Kegagalannya (2003), Pilkada Langsung (2003), Sistem Pemerintahan Daerah (2005), Geostrategis Sulawesi Utara Menuju Pintu Gerbang Indonesia di Asia Pasifik (2012), dan Poros Maritim dan Ekonomi Baru Masa Depan Indonesia (2015).

Selamat Jalan DR Sinyo Harry Sarundajang, beristirahatlah dalam damai. (***)

Komentar