Siapa yang Benar-Benar Diuntungkan?
Jika pasar benar-benar bebas tanpa kuota dan kontrol, maka mereka yang memiliki modal besar, jaringan luar negeri, dan logistik raksasa akan menjadi pemenang mutlak. Kartel pangan, korporasi besar, dan importir lama bisa kembali mendominasi.
Sementara petani, peternak, dan nelayan kecil akan tergilas. Beras dari India lebih murah dari hasil panen di Grobogan. Ayam beku dari Brasil bisa menenggelamkan peternakan rakyat Blitar. Nelayan Maumere? Kalah sebelum bertanding dengan produk laut dari China.
“Pasar bebas hanya adil jika negara berdiri kokoh di samping yang lemah,” kata ekonom senior UI, alm. Faisal Basri.
Negara Harus Hadir, Bukan Menghilang
Jika tujuan utamanya adalah memastikan kebutuhan pokok rakyat terjangkau, maka pembebasan impor wajib diimbangi dengan langkah-langkah berikut:
- Pengawasan digital real-time terhadap arus impor.
- Transparansi daftar dan volume importir.
- Strategi proteksi jangka panjang untuk produsen lokal.
- Penguatan peran Badan Pangan Nasional dan Bulog.
- Regulasi tegas anti-mafia impor dan modernisasi sistem logistik pelabuhan.
Tanpa ini, kebijakan Prabowo bisa menjadi magnet bagi para pemain oportunis yang selama ini berselimut politik, bisnis, dan ormas dagang.
Harapan dan Kewaspadaan
Apa yang dilakukan Presiden Prabowo bisa menjadi langkah berani dan revolusioner. Namun, keberanian ini tak boleh berdiri sendiri. Tanpa pagar proteksi dan mekanisme pengawasan, maka “pembebasan impor” bisa menjadi jebakan baru.
Rakyat tak hanya ingin akses barang murah, tapi juga ingin jaminan bahwa kesejahteraan tidak dijarah oleh segelintir elite. Semoga pintu yang dibuka adalah pintu kemajuan, bukan celah bagi masa lalu yang kelam untuk kembali menyelinap.
Komentar