BMKG Sebut El Nino Penyebab di Balik Gelombang Panas di Negara Tetangga

JurnalPatroliNews – Jakarta – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa salah satu faktor utama di balik gelombang panas yang mengguncang sejumlah negara di Asia adalah El Nino. Fenomena iklim ini, yang disebabkan oleh kenaikan suhu permukaan laut, sedang melanda Asia Tenggara.

Fachri Radjab, Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, mengungkapkan bahwa sejumlah negara di Asia sedang mengalami gelombang panas yang signifikan. Di Vietnam, suhu maksimum di beberapa wilayah utara dan tengah telah mencapai 44°C. Sementara itu, di Filipina, gelombang panas telah memaksa pemerintah untuk menutup sekolah-sekolah.

“Serangkaian gelombang panas ini diduga disebabkan oleh tiga faktor,” katanya dikutip dari situs resmi BMKG, Selasa (7/5/2024).

Pertama, gerakan semu matahari pada akhir April dan awal Mei berada di atas lintang 10 derajat Lintang Utara, yang berada di wilayah Asia Tenggara daratan, menyebabkan sinar matahari yang sangat terik dan kondisi panas.

“Faktor kedua adalah anomali iklim El Nino 2023/2024. Analisis data historis menunjukkan bahwa saat terjadi El Nino, wilayah Asia Tenggara daratan akan mengalami anomali suhu hingga mencapai 2 derajat di atas normal pada periode Maret-April-Mei,” jelas Fachri.

Faktor ketiga adalah pemanasan global yang terus meningkatkan suhu dari tahun ke tahun.

“Kombinasi ketiga faktor tersebut menyebabkan suhu udara pada April-Mei ini menjadi sangat ekstrem di wilayah Asia Tenggara,” ujarnya.

“Mudah-mudahan situasi tersebut tidak terjadi di Indonesia,” papar Fachri.

Cuaca Panas di Indonesia

Sementara itu, Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG, menegaskan bahwa cuaca panas di Indonesia bukanlah akibat gelombang panas atau heatwave.

“Berdasarkan karakteristik dan indikator statistik pengamatan suhu yang dilakukan BMKG, fenomena cuaca panas tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai gelombang panas,” katanya.

“Suhu panas yang terjadi adalah akibat dari pemanasan permukaan sebagai dampak dari mulai berkurangnya pembentukan awan dan berkurangnya curah hujan. Kondisi “gerah” yang dirasakan masyarakat Indonesia akhir-akhir ini merupakan sesuatu yang umum terjadi pada periode peralihan musim hujan ke musim kemarau,” sambung Dwikorita.

Menurutnya, ini adalah kombinasi dari pemanasan permukaan dan kelembaban yang masih tinggi pada periode peralihan musim.

Komentar