Garda Revolusi Diserang, Ayatollah Khamenei Hadapi Ujian Terberat dalam Kepemimpinannya

JurnalPatroliNews – Jakarta – Rangkaian serangan udara yang diduga dilakukan oleh Israel telah mengguncang jantung struktur militer Iran, menyebabkan gugurnya sejumlah tokoh penting yang selama ini menjadi andalan Ayatollah Ali Khamenei.

Kejadian ini membuat posisi Pemimpin Tertinggi Iran tersebut semakin terisolasi secara strategis, menimbulkan kekhawatiran mengenai stabilitas pengambilan keputusannya di tengah krisis regional.

Dilaporkan bahwa sejak Jumat, 13 Juni 2025, beberapa perwira tinggi Garda Revolusi Islam (IRGC) menjadi korban serangan, termasuk Komandan IRGC Hossein Salami, tokoh utama program rudal balistik Amir Ali Hajizadeh, dan kepala intelijen Mohammad Kazemi. Mereka tewas dalam satu serangan yang dinilai sejumlah pengamat sebagai operasi paling berani dan menghancurkan yang dilakukan Israel dalam beberapa tahun terakhir.

Tak hanya itu, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, Mohammad Bagheri, serta Jenderal Ali Shadmani—yang belum lama ini menggantikan Letjen Gholam Ali Rashid yang juga tewas—ikut menjadi korban. Shadmani dikenal sebagai figur militer paling dekat dengan Khamenei, menjadikan kehilangan ini pukulan yang sangat personal sekaligus strategis bagi pemimpin tertinggi Republik Islam tersebut.

Salah satu sumber yang biasa mengikuti pertemuan tertutup Dewan Keamanan Tinggi Iran mengungkapkan bahwa “runtuhnya jaringan penasihat utama telah menciptakan kekosongan serius dalam lingkaran kekuasaan Khamenei,” dan meningkatkan risiko kesalahan kalkulasi di saat Iran menghadapi tekanan dari berbagai sisi.

Sejak Revolusi Islam 1979, Khamenei membentuk sistem komando militer paralel di luar angkatan bersenjata reguler, yakni Garda Revolusi, yang bertanggung jawab langsung padanya. Dengan hilangnya sosok-sosok sentral dalam tubuh IRGC, keberlanjutan kontrol Khamenei atas alat kekuasaan militer yang paling loyal padanya kini dipertanyakan.

“Ini mungkin menjadi titik paling genting dalam sejarah modern Iran, dan Khamenei berada dalam posisi yang semakin sempit,” ungkap seorang analis Timur Tengah.

Di tengah kekacauan, Khamenei yang selama ini dikenal sangat konservatif dalam mengambil keputusan besar, kini berada di persimpangan berbahaya. Menurut Alex Vatanka dari Middle East Institute, “Khamenei keras kepala sekaligus penuh perhitungan. Kombinasi itu membuatnya bertahan hingga kini, tapi situasi kali ini berbeda.”

Serangan ini juga mencerminkan peningkatan eskalasi antara Iran dan Israel, terlebih di saat isu nuklir belum terselesaikan dan perimbangan kekuatan regional semakin rapuh. Iran kini tidak hanya menghadapi tekanan eksternal, tetapi juga keretakan dalam struktur pertahanan dalam negerinya sendiri.

Dampaknya bisa luas: dari kebijakan luar negeri hingga dinamika kekuasaan internal di Teheran, semuanya kini berpotensi mengalami pergeseran besar dalam waktu dekat.

Komentar