Kesaksian Warga Muslim di India yang Jadi Sasaran Kelompok Perusuh – ‘Rumah Kami Dijaga Polisi, Mereka Akhirnya Menyerang Toko’

Unjuk rasa berlangsung di kota perbatasan Panisagar, beberapa kilometer dari desa tempat Ameeruddin.

Laporan awal menyebutkan jumlah pedemo sekitar 3.000 orang, tetapi polisi yakin jumlahnya lebih dari itu.

“Sekitar 10.000 orang ambil bagian dalam demo itu. Umat Hindu dan Muslim saling menuduh melakukan provokasi yang tidak semestinya terjadi. Ini sedang diselidiki,” kata Chakraborty.

Bijit Roy adalah pemimpin lokal VHP. Dia mengatakan serangan anti-Muslim dilakukan oleh orang luar yang tidak dikenal.

“Kami tidak menentang Muslim India. Mereka adalah rakyat kami sendiri, mereka memiliki hak yang sama,” katanya.

“Kekerasan dimulai setelah rumor pelemparan batu menyebar. Saya mencoba menyelamatkan masjid.”

Tidak jauh dari Panisagar, tepatnya di kota Kadamtala, tersebar desas-desus tentang masjid dan toko yang dirusak. Kabar itu tersebar di media sosial dan memicu umat Muslim berkumpul di kota itu.

Mereka meneriakkan slogan-slogan dan menuntut “para pelaku kekerasan segera ditangkap”.

Di Churaibari, desa terdekat, beberapa warga Hindu mengatakan menjadi sasaran umat Muslim.

Keluarga Saha, yang tinggal di sebuah rumah berlantai dua, menunjukkan kepada kami video ponsel yang memperlihatkan segerombolan orang melempar batu dan merusak dua mobil mereka yang diparkir.

Sonali Saha, yang berusia 18 tahun, mengatakan dia tidak bisa tidur nyenyak sejak saat itu.

“Sekitar jam 10 malam, ketika saya sedang belajar, gerombolan itu datang dan melemparkan batu dan botol kaca. Sepuluh sampai 15 menit kemudian, mereka baru pergi. Saya sangat takut, jadi ibu saya bergegas mengunci semua pintu dan jendela,” katanya kepada saya.

Tripura berada di bawah kendali BJP sejak 2018, setelah 25 tahun pemerintahan Komunis.

Oposisi menuduh partai yang berkuasa mencoba mencampuradukkan agama dengan politik untuk memenangkan pemilihan umum. Namun, tuduhan itu dibantah keras oleh BJP.

“Saya merasa minoritas Muslim lebih aman di bawah pemerintahan kami. Kami adalah komunitas yang erat dan apapun yang terjadi, itu sangat disayangkan,” kata Biswa Bandhu Sen, wakil ketua Dewan Legislatif Tripura dan mewakili Tripura Utara.

“Lawan politik kami mencoba mencemarkan nama baik Perdana Menteri Narendra Modi karena kami adalah bagian dari tujuh pemerintahan yang berkuasa di timur laut.”

Beberapa minggu setelah kerusuhan, pemerintah negara bagian Tripura menahan dua jurnalis perempuan karena “menyebarkan ketidakharmonisan di masyarakat”.

Mereka akhirnya keluar tahanan keluar tahanan dengan jaminan oleh pengadilan.

Para pemimpin BJP menyangkal “agenda untuk membatasi kebebasan berbicara dan jurnalisme”.

“Kami percaya pada keadilan jurnalisme dan tentu saja tidak pernah mencoba untuk membatasi independensi mereka. Itu semua propaganda oleh beberapa media terhadap kami,” kata Sen.

Sampai sekarang, kehidupan di negara bagian itu tampaknya sulit untuk kembali normal dan kecemasan tetap ada.

“Sulit bagi kami dan agak sulit dipercaya juga. Tapi kami membangun kembali hidup kami lagi, berharap ini tidak akan terjadi lagi,” kata Amir Hussain, 34 tahun, juga Muslim, yang sebagian tokonya dirusak oleh massa.

Islamuddin, seorang anggota parlemen lokal dari oposisi Partai Komunis India (Marxis), mengatakan bahwa kekerasan yang “belum pernah terjadi sebelumnya” itu telah melukai umat Hindu dan Muslim.

“Dibutuhkan upaya berkelanjutan untuk menyembuhkan mereka,” katanya.

Komentar