Krisis Pangan Akut, Ribuan Warga Korea Utara Kelaparan, Kim Jong Un Ngapain Aja?

JurnalPatroliNews – Jakarta – Korea Utara dilaporkan mengalami krisis pangan akibat pandemi Covid-19. Spekulasi tentang kelangkaan pangan di negara yang terisolasi itu mencuat ketika para pemimpinnya bersiap untuk membahas tugas maha penting dan mendesak untuk merumuskan kebijakan pertanian yang benar.

Mengutip AP News, laporan yang belum dikonfirmasi mengatakan sejumlah warga Korut meninggal dunia karena kelaparan. Namun para ahli mengatakan tidak ada tanda-tanda kematian massal atau kelaparan.

Korea Utara membutuhkan sekitar 5,5 juta ton biji-bijian untuk memberi makan 25 juta penduduknya. Namun, produksi nasional mereka diperkirakan hanya 4,4 juta ton. Artinya, Korea Utara kekurangan sekitar 1 juta ton setiap tahun. Sekitar setengah dari kekurangan tersebut biasanya diimbangi dengan pembelian biji-bijian tidak resmi dari China.

“Sisanya adalah kekurangan yang belum terselesaikan,” kata Kwon Tae-jin, seorang ekonom senior di Institut GS&J di Korea Selatan.

Kwon mengatakan pembatasan perdagangan lintas batas karena pandemi kemungkinan telah menghambat pembelian beras tidak resmi dari China. Upaya otoritas Korea Utara untuk memperketat kontrol dan membatasi aktivitas pasar juga memperburuk situasi, katanya.

“Saya percaya tahun ini Korea Utara menghadapi krisis pangan terburuknya sejak Kim Jong-un mengambil alih kekuasaan,” ujar Kwon.

Para ahli mengatakan pertemuan para pemimpin partai pekerja yang akan datang kemungkinan akan memberi dukungan bagi pemimpin Korea Utara Kim Jong-un untuk program senjata nuklirnya demi menentang tekanan dan sanksi yang dipimpin AS.

“Kim Jong-un tidak dapat memajukan program nuklirnya secara stabil jika ia gagal menyelesaikan masalah pangan secara fundamental karena dukungan publik akan terguncang,” kata Lim Eul-chul, seorang profesor di Institut Universitas Kyungnam  di Seoul.

“Pertemuan diadakan untuk memperkuat persatuan internal sambil menyatukan ide-ide untuk mengatasi kekurangan pangan,” tambahnya.

Rapat pleno Komite Pusat Partai Buruh dijadwalkan pada akhir Februari. Agenda spesifiknya tidak diketahui, tetapi Politburo partai sebelumnya mengatakan bahwa titik balik diperlukan untuk menggenjot perubahan dalam sektor pertanian.

Pertemuan tersebut akan menjadi sesi pleno pertama partai yang diadakan hanya untuk membahas masalah pertanian, meski sering menjadi topik utama di konferensi yang lebih luas di Korea Utara. Salah satu dari 12 prioritas ekonomi yang diadopsi partai tersebut selama rapat pleno di bulan Desember adalah meningkatkan produksi biji-bijian.

Sulit untuk mengetahui situasi pangan sebenarnya di Korut mengingat negara tersebut sangat tertutup, terlebih sejak pandemi. Kelangkaan pangan dan kesulitan ekonomi terus terjadi sejak ratusan ribu orang Korut tewas akibat kelaparan pada pertengahan tahun 1990-an.

Dalam pidato publik pertamanya setelah mengambil tampuk kuasa dari ayahnya pada akhir 2011, Kim Jong-un bersumpah bahwa Korut tidak akan pernah harus mengencangkan ikat pinggang mereka lagi.

Selama beberapa tahun pertama pemerintahannya, ekonomi Korut membaik seiring kebijakan Kim yang mentolerir sejumlah aktivitas berorientasi pasar dan meningkatkan ekspor batu bara dan mineral lainnya ke China, sekutu utama dan mitra dagang terbesar Korea Utara.

Meski demikian, baru-baru ini, sanksi internasional yang keras atas program nuklir Kim Jong-un serta pandemi membuat Korut kembali menderita.

Komentar