Penembakan Massal di AS Mencapai 40 Insiden Pada Awal 2023, Mengapa Melonjak Tajam?

Horwitz menambahkan bahwa meningkatnya kekerasan, terutama di tempat-tempat publik seperti SPBU, studio dansa, dan kelab malam, memperparah siklus ketakutan yang mendorong beberapa orang untuk membeli senjata api.

“Orang-orang ketakutan, dan mereka ingin meredam rasa takut itu dengan membeli senjata,” ujarnya.

Beberapa pakar juga menerangkan ada peningkatan hal-hal yang membuat stres di kehidupan sehari-hari, baik secara umum dan akibat pandemi, terutama kesulitan terkait keuangan, pekerjaan, atau keluarga dan hubungan.

Persoalan-persoalan ini dapat mengakibatkan beberapa orang “bertindak atau merespons dengan kekerasan,” kata Jaclyn Schildkraut, direktur eksekutif interim di Regional Gun Violence Research Consortium di Rockefeller Institute of Government yang non-partisan.

Ini tercermin dalam analisis 173 serangan massal mematikan oleh Dinas Rahasia AS – sekitar tiga-perempatnya dilakukan dengan senjata api.

Laporan tersebut, diterbitkan pada hari Kamis (26/01), menemukan bahwa hampir 93% pelaku serangan pernah memiliki masalah pribadi sebelum serangan, entah itu perceraian, masalah kesehatan, atau masalah di sekolah atau tempat kerja, dan bahwa 10% pelaku di balik kejadian antara 2016 dan 2020 tewas karena bunuh diri.

Schildkraut juga berkata “maskulinitas toksik” dapat menjadi faktor: hampir semua penembak massal (sekitar 98%) adalah laki-laki.

“Kalau kita berusaha untuk memahami akar penyebab kekerasan senjata api, kita perlu mulai dengan memahami mengapa orang-orang sejak awal bisa mengangkat senjata untuk melukai orang lain, terlepas dari sasaran tindakan tersebut,” kata Schildkraut.

Undang-undang yang mengatur siapa yang bisa membeli senjata di AS juga dapat berperan, menurut beberapa pakar – meski perlu dicamkan bahwa California memiliki salah satu peraturan senjata yang paling ketat di Amerika.

Namun, Horwitz berkata hukum federal saat ini tidak mewajibkan cek latar belakang pada penjualan senjata api secara pribadi, termasuk pada pameran senjata atau online.

Aturan penyimpanan senjata yang aman juga lemah di beberapa negara bagian, ujarnya, meskipun bukti ilmiah dari penelitian menunjukkan bahwa menyimpan senjata dengan aman mengurangi angka keseluruhan kematian akibat senjata.

“Ketika Anda membandingkan apa yang terjadi di AS dengan negara-negara lain, satu hal yang biasanya kami punya dan mereka tidak ialah akses yang begitu mudah pada senjata api,” kata Horwitz.

Komentar