JurnalPatroliNews – Jakarta – Israel menghadapi tekanan ekonomi besar di tengah perang yang berkepanjangan di Gaza. Biro statistik negara merilis bahwa perkiraan pertumbuhan ekonomi untuk kuartal II/2024 telah diturunkan dari 1,2% menjadi hanya 0,7%.
Perubahan ini mencerminkan dampak buruk dari konflik bersenjata yang terus berlangsung serta peningkatan pengeluaran pemerintah untuk mendukung operasi militer.
Pada periode April hingga Juni, Produk Domestik Bruto (PDB) Israel hanya tumbuh 0,7% secara tahunan. Sementara sektor swasta mengalami kontraksi 2,7%, lonjakan pengeluaran pemerintah sebesar 8,2% berhasil mengimbangi penurunan tersebut.
Namun, hal ini menandakan ketergantungan yang semakin besar terhadap belanja negara, terutama untuk mendanai operasi di Gaza.
Ekspor barang dan jasa Israel, tidak termasuk berlian, mengalami penurunan 8,4%, dan impor, tidak termasuk senjata dan berlian, turun 9,3%. Di sisi lain, tingkat pengangguran tetap stabil di level rendah 2,6% pada Agustus.
Defisit Anggaran Membengkak
Defisit anggaran Israel mencapai level yang mengkhawatirkan di tengah eskalasi konflik. Pada Agustus, rasio defisit terhadap PDB menyentuh -8,3%, lebih dalam dari -7,6% pada Juni. Hanya pada bulan Agustus, defisit anggaran mencapai 12,1 miliar shekel (US$3,22 miliar), mencerminkan beban berat yang ditimbulkan oleh biaya perang.
Kritik Oposisi
Kritik semakin keras dari oposisi terhadap pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang dituduh memanfaatkan perang untuk mempertahankan kekuasaan.
Serangan terhadap Jalur Gaza, yang dimulai sejak serangan Hamas pada Oktober tahun lalu, telah menyebabkan lebih dari 41.200 warga Palestina tewas, mayoritas perempuan dan anak-anak.
Besarnya biaya perang, baik dalam hal korban jiwa maupun dampak ekonomi, menjadi tantangan serius bagi Israel. Dengan meningkatnya defisit dan melambatnya pertumbuhan, banyak pihak khawatir ekonomi Israel menuju jurang resesi jika konflik ini terus berlanjut.
Komentar