Taliban Rebut Penjara dan Bebaskan Para Tahanan di Provinsi Jawzjan

JurnalPatroliNews, Kabul – Taliban berhasil merebut kompleks penjara di provinsi Jawzjan, Afghanistan utara. Mereka kemudian membebaskan semua tahanan.

Video di media sosial menunjukkan ratusan narapidana meninggalkan penjara di kota Sheberghan pada Sabtu (7/8) setelah gerilyawan Taliban melancarkan serangan.

Taliban telah menguasai kota itu, menjadikannya ibu kota regional kedua yang jatuh ke tangan militan.

Ini merupakan pukulan besar bagi pasukan keamanan Afghanistan saat pertempuran meningkat di seluruh negeri.

Sheberghan adalah basis pendukung mantan wakil presiden dan panglima perang Afghanistan, Abdul Rashid Dostum, yang pendukungnya telah memimpin perang melawan pemberontak.

“Sebanyak 150 orang melakukan perjalanan ke kota untuk membantu pasukan Afghanistan,” ungkap laporan media lokal.

Taliban pertama kali menguasai kompleks kantor gubernur pada Jumat selama pertempuran sengit, sebelum direbut kembali oleh pasukan keamanan Afghanistan.

Namun, kepala dewan wilayah itu, Babur Eshchi, mengatakan kepada BBC bahwa para militan kini menguasai seluruh kota, kecuali satu pangkalan militer, di mana pertempuran masih berlangsung.

Wakil gubernur wilayah itu mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa pejabat pemerintah telah mundur ke bandara.

Kekerasan juga berkecamuk di bagian lain negara itu, saat Taliban terus membuat kemajuan pesat, mengusir ribuan warga sipil.

Kota Zaranj, di provinsi Nimroz, adalah ibu kota regional pertama yang jatuh ke tangan pemberontak Taliban pada Jumat.

Ibu kota provinsi lainnya yang berada di bawah tekanan adalah Herat di barat, dan kota selatan Kandahar dan Lashkar Gah.

Di ibukota Afghanistan, Kabul, Taliban menembak mati mantan juru bicara Presiden Ashraf Ghani dan melakukan serangan bom di rumah pejabat menteri pertahanan.

Militer Afghanistan mengatakan lusinan pejuang Taliban, termasuk beberapa komandan senior, telah tewas di Lashkar Gah, namun Taliban membantah laporan versi militer tentang peristiwa tersebut.

Pemerintah Amerika Serikat (AS) dan Inggris telah mendesak warganya segera pergi karena situasi keamanan yang memburuk.

(sdn)

Komentar