Trump Ancam Tarif Baru, Fokus pada Uni Eropa, Tiongkok, Kanada, dan Meksiko

JurnalPatroliNews – Jakarta – Presiden Amerika Serikat ke-47, Donald Trump, kembali mengemukakan rencana kebijakan tarif yang kontroversial, dengan sasaran utama Uni Eropa, Tiongkok, Kanada, dan Meksiko. Langkah ini diumumkan pada Selasa, 21 Januari 2025, hanya sehari setelah ia resmi dilantik.

Trump mengusulkan pengenaan tarif sebesar 10 persen terhadap impor dari Tiongkok, dengan alasan pengiriman fentanil secara ilegal ke AS melalui Kanada dan Meksiko. Selain itu, ia mengkritik Uni Eropa atas surplus perdagangan yang dianggapnya merugikan AS.

“Uni Eropa sangat tidak adil terhadap kita. Tarif adalah satu-satunya cara untuk menciptakan keadilan,” kata Trump tegas.

Trump juga mengancam akan menerapkan tarif sebesar 25 persen terhadap Kanada dan Meksiko jika kedua negara tidak mengambil langkah tegas untuk menghentikan perdagangan ilegal fentanil serta imigran yang melintasi perbatasan.

Sebagai bagian dari langkah ini, Trump menandatangani dokumen resmi yang memerintahkan lembaga federal untuk meninjau berbagai praktik perdagangan internasional, termasuk defisit perdagangan, manipulasi mata uang, dan kebijakan tarif impor. Tinjauan ini dijadwalkan selesai pada 1 April dan bisa memicu penerapan tarif tambahan.

Penasihat perdagangan Trump, Peter Navarro, mendukung kebijakan tersebut. “Setiap hari, 300 orang Amerika meninggal akibat overdosis fentanil. Langkah ini bertujuan menghentikan penyelundupan narkoba dari mitra dagang kita,” jelasnya.

Meskipun kebijakan ini memicu kenaikan indeks saham S&P 500 ke level tertinggi dalam sebulan, investor tetap waspada terhadap potensi eskalasi perang dagang yang dapat mengganggu stabilitas ekonomi global.

Menanggapi ancaman Trump, Tiongkok menyatakan komitmennya untuk menjaga hubungan baik dengan AS. “Kami yakin tidak ada yang menang dalam perang dagang atau tarif,” ujar Mao Ning, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, sambil menegaskan bahwa Tiongkok akan melindungi kepentingan nasionalnya.

Sementara itu, Kanada dan Meksiko mengadopsi pendekatan lebih diplomatis. Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum menegaskan bahwa negaranya akan menjaga kedaulatan dan kemerdekaan, serta menanggapi langkah AS secara bertahap. Ia juga menegaskan bahwa Perjanjian Perdagangan Bebas AS-Meksiko-Kanada (USMCA) tidak akan dinegosiasi ulang sebelum 2026.

Komentar