JurnalPatroliNews – Lebanon – Dalam sebuah upacara pemakaman bagi 12 korban ledakan pager massal di Lebanon Selatan pada Rabu (18/9), terjadi lagi ledakan kedua yang melibatkan walkie-talkie yang digunakan oleh anggota Hizbullah.
Mengutip BBC pada Kamis (19/9), insiden ledakan walkie-talkie ini terjadi tak lama setelah Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mengumumkan dimulainya fase baru dalam konflik dengan mengerahkan lebih banyak pasukan ke perbatasan utara. Kejadian ini memicu kekacauan di antara pelayat, dan laporan mengenai ledakan serupa juga datang dari wilayah lain di Lebanon.
Dalam sebuah video yang belum diverifikasi di media sosial, terlihat seorang pria terjatuh setelah ledakan kecil terjadi selama upacara pemakaman tersebut. Palang Merah Lebanon menyebutkan bahwa lebih dari 30 ambulans telah dikerahkan untuk mengevakuasi korban dari berbagai lokasi, termasuk pinggiran ibu kota, Lebanon Selatan, dan Lembah Bekaa.
Kementerian Kesehatan Lebanon mengonfirmasi bahwa ledakan berasal dari walkie-talkie milik anggota Hizbullah, menyebabkan setidaknya 20 kematian dan lebih dari 450 orang terluka. Menurut laporan Kantor Berita Nasional Lebanon (NNA), perangkat yang meledak diidentifikasi sebagai radio genggam ICOM-V82, model yang tidak lagi diproduksi oleh perusahaan elektronik Jepang, ICOM.
Di salah satu rumah di pinggiran kota Baalbek, sebuah walkie-talkie ICOM-V82 lainnya juga meledak. Rekaman video dari lokasi kejadian menunjukkan meja dan dinding yang hangus, dengan sisa-sisa perangkat yang tampaknya merupakan bagian dari walkie-talkie bertuliskan “ICOM”. Beberapa foto dari dua lokasi lainnya juga menunjukkan model perangkat yang sama.
Sumber keamanan Lebanon yang dikutip oleh Reuters menyebutkan bahwa walkie-talkie tersebut dibeli oleh Hizbullah lima bulan lalu, bersamaan dengan pembelian pager. Situs berita Axios melaporkan, mengutip dua sumber yang mengklaim bahwa intelijen Israel telah menanam jebakan pada ribuan walkie-talkie sebelum mengirimkannya ke Hizbullah sebagai bagian dari sistem komunikasi darurat kelompok tersebut di masa perang.
Sumber-sumber dari AS dan Lebanon juga mengatakan kepada New York Times dan Reuters bahwa Israel menanam sejumlah kecil bahan peledak di dalam pager yang sebelumnya meledak pada hari Selasa.
Di Beirut, seorang dokter mata, Elias Warrak, mengungkapkan bahwa setidaknya 60 persen pasien yang dia tangani kehilangan satu mata, dan sebagian besar dari mereka juga kehilangan tangan. “Ini mungkin hari terburuk dalam hidup saya sebagai dokter,” katanya. “Kami tidak bisa menyelamatkan banyak mata, dan beberapa pasien mengalami kerusakan di otak serta wajah.”
Ledakan yang terjadi pada hari Rabu ini menjadi pukulan lain bagi Hizbullah dan mengindikasikan kemungkinan bahwa seluruh jaringan komunikasi mereka telah disusupi oleh Israel. Insiden ini menyusul ledakan serentak ribuan pager pada hari Selasa (17/9), yang menewaskan 12 orang termasuk dua anak, dan menyebabkan 2.800 lainnya terluka, dengan 200 di antaranya dalam kondisi kritis.
Komentar