Peringatan Ilmuwan: Ancaman Pandemi Flu Burung Melebihi COVID-19, Kok Bisa?

JurnalPatroliNews – AS – Suatu riset terkini yang dilakukan oleh ilmuwan Amerika Serikat telah mengungkap potensi mengerikan dari pandemi flu burung yang dapat melampaui bahaya COVID-19 hingga 100 kali lipat. Virus H5N1, yang pertama kali terdeteksi pada tahun 2020 di AS, kini telah menyebar dengan cepat dan telah memengaruhi populasi burung liar di setiap sudut negara.

Dilansir dari laporan The Post pada hari Minggu, di bulan April 2024, kekhawatiran semakin meningkat seiring dengan adanya kasus-kasus H5N1 yang menyerang mamalia di empat negara bagian AS. Pada hari Senin yang lalu, otoritas kesehatan federal mengonfirmasi bahwa seorang pekerja peternakan susu di Texas telah terinfeksi virus tersebut. Gejala yang dilaporkan termasuk mata kemerahan, dengan pasien saat ini sedang dalam perawatan dengan obat antivirus.

Dr. Suresh Kuchipudi, seorang peneliti terkemuka dalam studi flu burung yang berbasis di Pittsburgh, menyatakan bahwa H5N1 telah lama menjadi perhatian utama dalam daftar potensi pandemi global.

“Kita telah melihat virus ini mendekati puncak daftar ancaman pandemi selama bertahun-tahun, bahkan mungkin puluhan tahun,” ungkapnya. “Dan sekarang, kita semakin mendekati kenyataan akan kemungkinan terjadinya pandemi.”

Dr. Kuchipudi juga menekankan bahwa virus H5N1 telah terdeteksi di berbagai spesies mamalia di seluruh dunia, dengan ancaman infeksi kepada manusia semakin nyata.

“Ini adalah virus yang, dalam pandangan saya, memiliki potensi pandemi terbesar yang pernah kita lihat, dengan dampak yang bisa merata dan meluas secara global,” tambahnya.

John Fulton, seorang konsultan farmasi dengan fokus pada vaksin dan pendiri perusahaan BioNiagara di Kanada, juga menyuarakan kekhawatirannya.

“Kondisi ini tampaknya jauh lebih serius daripada COVID-19, atau bahkan mungkin lebih buruk jika virus ini berubah dan tetap mempertahankan tingkat kematian yang tinggi,” katanya.

“Ketika virus ini menyebar dan beradaptasi dengan tubuh manusia, satu-satunya harapan kita adalah bahwa tingkat kematian akan menurun,” lanjutnya.

Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia, sekitar 52% dari kasus manusia yang terinfeksi H5N1 sejak 2003 telah berakhir dengan kematian. Sebagai perbandingan, angka kematian COVID-19 saat ini jauh lebih rendah, dengan kurang dari 0,1% kasus yang berakhir fatal. Meskipun demikian, pada awal pandemi, angka kematian COVID-19 melonjak hingga mencapai 20%.

Gejala flu burung sendiri mirip dengan gejala flu biasa, termasuk batuk, nyeri tubuh, dan demam. Meskipun ada yang tidak menunjukkan gejala yang jelas, namun ada juga yang mengalami komplikasi serius seperti pneumonia yang berpotensi mematikan.

Komentar