Apes! RI Sudah Rugi Rp 1.356 T, Kini Kasus Covid Meledak Lagi

JurnalPatroliNews – Jakarta, Sudah setahun lebih Covid-19 membayangi Indonesia dan negara-negara di dunia. Sampai saat ini belum diketahui kapan akan berakhir.

Di beberapa negara lain bahkan sudah terjadi gelombang kedua virus ini. Di Indonesia, angka positif Covid juga naik pasca libur lebaran lalu.

Indonesia mencatat, pada Kamis (17/6/2021) ada penambahan 12.624 kasus baru. Sehingga total kasus positif menjadi 1.950.276.

Kondisi ini membuat kerugian akibat Covid diprediksi akan semakin besar. Pada 2020 saja kerugian Indonesia akibat Covid sudah lebih dari Rp 1.000 triliun.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengemukakan sepanjang tahun 2020 lalu perekonomian Indonesia mengalami kontraksi 2,1%, jauh lebih rendah dari target yang dipatok sebesar 5,3%.

“Ini berarti bahwa secara nominal perekonomian Indonesia kehilangan kesempatan menciptakan nilai tambah atau mengalami kerugian kurang lebih sebesar Rp 1.356 triliun,” kata Sri Mulyani dalam sidang paripurna bulan lalu.

‘Kerugian’ yang dialami ekonomi Indonesia tak lepas dari interaksi antar manusia yang dibatasi, kegiatan ibadah diadaptasi, banyak yang bekerja dari rumah, hingga anak-anak sekolah dari rumah membuat aktivitas ekonomi tersendat.

Sri Mulyani mengatakan dampak pemburukan ekonomi akan jauh lebih besar jika pemerintah tidak melakukan langkah penanganan (countercyclical) melalui kebijakan yang luar biasa.

“APBN 2020 telah bekerja sangat keras untuk melindungi keselamatan jiwa rakyat Indonesia dan melindungi perekonomian dari hantaman dahsyat akibat Covid-19,” katanya.

Sri Mulyani menekankan, belanja negara meningkat 12,3% mencapai Rp 2.593,5 triliun. Sementara pendapatan negara menurun -16,0%, karena aktivitas dunia usaha terpukul sangat dalam di satu sisi.

“Dan di sisi lain pemerintah memberikan berbagai insentif perpajakan untuk menolong dunia usaha agar tetap mampu bertahan,” tegasnya.

Bahkan, sambungnya, defisit kas keuangan negara kala itu mencapai 6,1% PDB, tingkat yang belum pernah terjadi dalam kurun waktu dua puluh tahun terakhir.

(cnbc)

Komentar