Benny Susetyo: Pembumian Pancasila Bukti Nyata Komitmen Bangsa Indonesia Dalam  Merawat Keberagaman

JurnalPatroliNews Jakarta,- Staff Khusus Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny susetyo  menyatakan bahwa di Era Digital dan globalisasi di mana Informasi makin tidak terikat ruang dan waktu, keterasingan terhadap nilai nilai kemanusiaan justru makin meningkat, Masyarakat khususnya kaum muda cenderung larut dalam berita hoax dan narasi narasi yang mengedepankan politik Identitas  padahal kecepatan informasi ini diharapkan dapat membawa manusia makin menjadi cepat mengerti mengenai perkembangan informasi di sekitarnya hingga membuat ikatan empati dan kebersamaan sesama anggota  masyarakat makin meningkat,bukan sebaliknya. Hal ini diungkapkan Benny dalam acara seminar SEMINAR PANCASILA dengan tema “PANCASILA dan Keberagaman” yang diselenggarakan secara Daring melalui Aplikasi Zoom

Acara yang diselenggarakan oleh Universitas Bina Nusantara  ini  dibuka oleh Manager Character Building Development Center (CBDC) Binus Frederikus Fios  yang dalam sambutannya  menyatakan . Keragaman merupakan pedang bermata dua sebagai Aset  dan  harta karun  bangsa karenanya jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan perpecahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara karena itu  penting sekali  menjaga agar nilai nilai kebangsaan Indonesia yang tercakup dalam Pancasila . oleh karena hal itulah Character Building Development Center (CBDC) Binus  senantiasa berkomitmen untuk menjaga nilai nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila dengan terus bersinergi dengan lembaga lembaga baik kemasyarakatan maupun pemerintahan cyang bertujuan untuk terus menerus  membentuk karakter pemuda bangsa sesuai dengan nilai nilai Pancasila

Benny lebih lanjut mengatakan bahwa Perbedaan merupakan kenyataan hidup bangsa Indonesia  maka masyarakat sejak dini harus membiasakan diri  untuk tidak saja menolerasi tapi juga merayakan perbedaan itu sebagai kekayaan berbangsa dan bernegara. Pancasila yang menjadi roh dan jiwa dari bangsa  indonesia merupakan jawaban atas konflik konflik  yang terjadi ,dan menjadi jawaban bahwa  perbedaan itu bukan untuk dipertajam tapi dinikmati Tantangan kita dalam  kemajuan era digital yang tidak mengenal ruang dan waktu ini adalah ,kebenaran menjadi subjektif, dimana tak jarang terjadi kebohongan yang berulang akhirnya dipercaya menjadi kebenaran  Perasaan fear of missing out cenderung menjadikan masyarakat tidak lagi melihat lagi substansi namun lebih mengutamakan membagi segala hal di media sosial,ujungnya ini menjadikan masyarakat berkotak kotak dan jadi pengucilan terhadap mereka yang berbeda ide ,muncul politik identitas dan kedaerahan yang berujung pada perpecahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Hendaknya kita mengimbangi tehnologi dengan kebijaksanaan dalam membagikan sesuatu ,kedepankan kekritisan sebelum membagi ,pentingkah itu, baik kah itu dan yang terutama benarkah hal yang kita bagikan  Perbedaan yang semenjak dulu menjadi jatidiri bangsa ,hendaknya dikembalikan dalam masyarakat karena Inklusivitas dan sinergi merupakan kunci keberhasilan dan kesejahteraan bangsa. Lebih lanjut hendaknya ada studi studi multikulturalisme yang menjadikan perbedaan perbedaan yang terjadi dalam masyarakat sebagai kenyataan yang tidak  saja menarik untuk dibahas ,namun juga menemukan cara yang praktis untuk memecahkan masalah masalah yang timbul dalam masyarakat  dengan menggunakan pendekatan multikultural.

Dalam acara yang antara lain dihadiri oleh Adrianus Meliala pakar di bidang kriminologi dan kepolisian, dan  dosen di Departemen Kriminologi Universitas Indonesia. Ini Benny menyatakan bahwa Bangsa Indonesia perlu menyadari bahwa Bhineka tunggal ika tidak hanya perlu  dijaga namun juga diterapkan secara nyata dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta dalam kebijakan kebijakan yang dibuat oleh Negara, kita juga perlu menanamkan bahwa mencintai Tuhan berarti  mencintai sesama ciptaannya dan karenanya hendaknya kita, tidak mempertajam perbedaan perbedaan tersebut menjadi konflik , namun menjadikan perbedaan tersebut menjadi kekayaan sudut pandang yang bermanfaat bagi perkembangan berbangsa dan bernegara. BPIP dalam usaha mengembalikan nilai nilai Pancasila yang mulai tergerus zaman khususnya sejak 1998 dimana Pelajaran mengenai Pancasila direduksi keberadaannya dengan digabungkan dengan pelajaran Kewarganegaraan ,telah berhasil mengembalikan mata pelajaran Pancasila kedalam Kurikulum, dengan menggandeng 120 tokoh nasional    dengan komposisi 30 persen teori dan 70 persen Praktek dan banyaknya materi materi audiovisual yang menarik sebagai penunjang pengajaran diharapkan Pancasila tidak hanya berkembang dalam tataran teori namun sungguh sungguh menjadi living and working Ideologi di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Tutup benny        

Adrianus Meliala dalam Paparannya menyatakan bahwa   Kesenjangan di Masyarakat merupakan tantangan sesungguhnya bagi Pancasila ,karena  peran ideologi bagi suatu bangsa adalah penggambaran ideal bagi kehidupan nyata dalam  berbangsa dan bernegara dan Idealitas serta  Realitas terkadang sangat berbeda

Persoalan yang dihadapi masyarakat  karena kesenjangan yang terjadi merupakan tantangan dan pertanyaan mengenai Efektifitas sebuah ideology , ideology gagal ketika  ideology hanya berhenti di tataran konsep dan teori. Ideologi yang berhasil dan hidup adalah ideologi yang bisa menjawab permasalah permasalahan bangsa dan sebaliknya akan memudar dan tenggelam ketika tidak dapat menjadi solusi bagi masyarakat.

Sering isu kesenjangan terjadi karena keadilan dalam masyarakat tidak terlaksana, yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin , adanya pengutamaan  yang didapatkan satu kelompok masyarakat dan Peminggiran bagi kelompok yang lain yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun masyarakat secara umum baik nyata maupun tersirat membuat munculnya  pemikiran bahwa keberadaan Pancasila sebagai ideology terasa tidak Efektif hingga berujung pelan pelan masyarakat lebih memilih ideologi ideology  lain yang lebih Praktis  seperti liberal maupun yang utopis seperti ideology berbasis agama.

Komentar