Beragama Maslahat: Pengaruh Spiritual Dan Kemajuan Sosial Ekonomi

“Makna Min Atsaris Sujud tidak bisa dalam bentuk fisik seperti diri kita, seharusnya dari dalam diri, lalu doktrin Al-Ma’un di mana kita bisa hidup dengan nyaman dan membiarkan kaum miskin, sakit dan lain sebagainya hidup di sekitar. Sudah seharusnya kita dapat saling membantu satu sama lain.” tambah Prof. Ahmad Najib.

Pipip A. Rifai Hasan, Ph.D. (Ketua PIEC) mengungkapkan satu paradoks kontroversi antara agama dan etika sangat menarik perhatian.

“Sebagai  contoh bahwa dalam agama-agama di India mempraktikkan ajaran etika untuk berlaku secara etis dalam pekerjaan, tetapi korupsi, penyuapan, nepotisme sangat merajalela.” Ungkapnya.

Kegairahan agama yang sangat kuat di India, banyak berlaku di Indonesia juga. Contoh mudahnya saat Pemilu Februari 2024 lalu.

“Religuitas dan spiritualitas berbasis agama bisa mendukung perilaku yang tidak etis, kemudian bisa mempengaruhi cara seseorang dalam bersikap terhadap lingkungan kerja” kata Pipip.

“Tiap individu yang berperilaku tidak sesuai dengan etika keagamaan yang diklaim, bisa jadi dilakukan karena eksternal. Seperti halnya di Indonesia, korupsi tersebut bukan dilakukan oleh orang yang tidak memiliki uang melainkan karena keserakahan dari orang yang melakukan tindakan tersebut” tuturnya.

Komentar