JurnalPatroliNews – Jakarta – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengungkapkan kondisi terkini terkait produksi minyak siap jual (lifting) dan konsumsi minyak di Indonesia. Ia menyatakan bahwa impor minyak Indonesia kini telah mencapai 1 juta barel per hari (bph).
Bahlil menjelaskan bahwa konsumsi minyak nasional saat ini telah menembus 1,6 juta bph, sementara lifting minyak hanya sekitar 600 ribu bph. Dengan selisih yang cukup besar, Indonesia harus mengimpor sekitar 1 juta bph untuk memenuhi kebutuhan energi nasional.
“Jadi kita impor kurang lebih sekitar 1 juta barel bph, dengan kita mengalokasikan uang kurang lebih sekitar Rp 500 triliun, devisa kita hilang per tahun untuk membeli minyak,” ujar Bahlil dalam acara perayaan HUT ke-65 Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR) di Jakarta, Minggu (19/1/2025).
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2024, total impor minyak dan gas (migas) Indonesia mencapai US$36,27 miliar. Dari jumlah tersebut, impor minyak mentah sebesar US$10,35 miliar, sementara hasil minyak mencapai US$25,92 miliar.
Di sisi lain, realisasi lifting minyak hingga Maret 2024 hanya mencapai 567.000 bph, atau sekitar 89,4% dari target yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Untuk mengurangi ketergantungan pada impor, Presiden Prabowo Subianto berencana merevitalisasi sektor minyak dan gas dengan mengurangi regulasi, mengaktifkan kembali sumur-sumur yang tidak beroperasi, serta meningkatkan produksi di lapangan yang ada. Langkah-langkah ini diharapkan mampu meningkatkan produksi minyak domestik dan mengurangi defisit neraca perdagangan akibat tingginya impor minyak.
Dengan berbagai strategi yang tengah disiapkan, pemerintah berupaya menjaga ketahanan energi nasional dan mengurangi ketergantungan terhadap impor minyak dalam beberapa tahun ke depan.
Komentar