JurnalPatroliNews – Jakarta – Febrio Kacaribu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF), membeberkan, hasil transformasi, khususnya bagaimana memanfaatkan Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki Indonesia, bisa menghasilakn nilai tambah sebanyak-banyaknya di Indonesia.
Ia menyebut, hilirisasi SDA telah memberikan dampak positif untuk perekonomian Indonesia. Hal itu, terlihat dari peningkatan cadangan devisa (Cadev) Indonesia, yang meningkat lebih cepat dibandingkan Negara lainnya.
Ia menjelaskan, BKF mencatat, dari hasil ekspor sejak 2014 sampai 2022, nilai ekspor naik hampir dua kali lipat, dari US$ 176 miliar pada 2014 dan meningkat menjadi US$ 292 miliar pada 2022.
“Kalau sektor-sektor bertambah tinggi tumbuh dan mendominasi ekspor, sehingga berdaya saing. Komponen dari hasil transformasi ekspor besi dan baja, pada 2014 hampir tidak ada ekspor. Namun di 2022 kita hasilkan ekspor US$ 27,8 miliar,” jelasnya dalam webinar Indonesia, Macroeconomic Update 2023, Senin (8/5/23).
Ia memaparkan, nilai ekspor yang meningkat dua kali lipat itu, juga tercermin dari nilai Cadev Indonesia yang meningkat tajam pada Maret 2023, yang telah mencapai US$ 145,2 miliar, meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir Februari 2023 sebesar US$ 140,3 miliar.
“Dari seluruh dunia, cadangan devisa Indonesia meningkat cepat dibandingkan seluruh dunia. Sehingga kita tahu, angka-angka ini membuat confidence dari perekonomian dan investor, untuk bisa melanjutkan aktivitas ekonomi dan meningkatkan aktivitas ekonomi di Indonesia,” papar Febrio.
Ia menuturkan, Sejak awal 2023 hingga saat ini atau year to date (ytd), Cadev telah melonjak 5,8%, pertumbuhannya, meningkat paling pesat dibandingkan pertumbuhan cadangan devisa Negara lainnya seperti Brazil yang tumbuh 5,1% (yd), Rusia tumbuh 2,6% (ytd), Kanada tumbuh 2,5%.
Sementara dibandingkan dengan Negara kawasan ASEAN, seperti Thailand, pertumbuhan cadangan devisanya pada 2023 hanya 0,4% (yed), dan Malaysia kontraksi -0,3%.
“Kurs nilai tukar rupiah apresiasi 6,72% (year to date), dibandingkan banyak Negara yang apresiasinya kecil. Bahkan, banyak Negara yang mengendalikan nilai tukar karena depresiasi. Seperti Korea Selatan, Afrika Selatan, Turki, Argentia yang mengalami depresiasi dalam tiga bulan ini (Januari-Maret 2023),” pungkasnya.
Komentar