Hoaks Harus Diberantas Melalui Kolaborasi Media Dan Masyarakat Patuh Etika Dan Religiusitas

“Ini tanggung jawab kita semua. Kita semua harus jadi komunitas pemutus kata. Apa itu? Itu adalah komunitas yang lebih cerdas, lebih selektif, dan lebih hati-hati dalam memilih berita yang disebarkan,” katanya.

Penguatan dalam iman dan akhlak, menurut Benny, menjadi kunci dari masyarakat yang selektif dalam membaca berita.

“Kita hidup dalam kebebasan, tetapi harus memakai nilai-nilai etis dan akhlak. Tidak cukup hanya ada regulasi, (kita) harus punya kepatuhan etika dan kepada religiusitas. Hal-hal ini harus menjadi habituasi masyarakat kita,” tutupnya.

Mustofa W. Hasyim, dalam tanggapannya, menambahkan bahwa masyarakat Indonesia harus dewasa dalam beragama.

“Masyarakat harus dewasa saat beragama. Bukan kekanak-kanakkan dan menunjukkan ketidakdewasaan dalam menjalankan,” tanggapnya.

Sholahuddin Aly pun menutup sesi tanggapan dengan seruan kolaborasi.

“Tidak boleh (kita) berhenti menggalang sekutu untuk counter berita hoaks. Tidak boleh menyerah.”

Dalam acara yang sama, dikumandangkan juga rumusan koordinasi yang diserukan oleh penyelenggara, antara lain rekomendasi etik pengecekan fakta dan hoaks, rekomendasi pemeriksa fakta, dan rekomendasi membersihakn iklan digital untuk meminimalisir potensi misinformasi.

Komentar