Larangan Ekspor Bauksit! China Siap-siap Kena Hantam, Aksi Jokowi Jalan Juni

JurnalPatroliNews -Jakarta – Pemerintah Indonesia bersikeras untuk melarangan kegiatan ekspor bauksit ke luar negeri pada Juni 2023 ini.

Aksi yang ditetapkan oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) ini diperkirakan akan mengganggu jalannya industri di China yang sejauh ini mengandalkan bauksit dari Indonesia.

Berbeda dengan komoditas tembaga, mineral bauksit ini tidak akan mendapatkan relaksasi lantaran tidak memiliki progres pembangunan fasilitas dan pemurnian (smelter) atau hilirisasi mineral.

Menteri ESDM, Arifin Tasrif mengungkapkan bahwa tidak ada izin ekspor atau relaksasi ekspor untuk komoditas bauksit. Dia mengungkapkan bahwa pelarangan ekspor mineral mentah khususnya bauksit akan tetap dilaksanakan pada Juni 2023 mendatang.

“Nggak (tidak ada relaksasi) Tetap Juni, harus dibedakan. Karena yang namanya copper (tembaga) smelter ini kan progresnya sudah 61% di akhir bulan ini,” tegas Arifin saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, dikutip Kamis (4/5/2023).

Adapun arifin mengungkapkan bahwa sampai saat ini pembangunan smelter saat ini yang ditargetkan sebanyak 8 smelter, nyatanya masih berbentuk tanah alias belum terbangun apa-apa. “Tapi kan bauksit ini (masih bentuk) lapangan bola, lapangan bola saja juga nggak ada rumput,” beber Arifin.

Dengan begitu, tidak akan ada izin ekspor setelah Juni 2023 untuk komoditas bauksit. Arifin mempertegas bahwa saat pihaknya mengecek delapan progres pembangunan smelter bauksit tersebut nyatanya memang belum ada progres apapun. “Ada 8 smelter yang begitu yang ketemuan sama tim sidak kita, itu belum ada progres,” tandasnya.

Larangan ekspor bauksit Juni berdampak ke China?

Asosiasi Pengusaha Bauksit dan Bijih Besi Indonesia (AB3I) mencatat, bijih bauksit diproduksi oleh 28 perusahaan dengan total produksi mencapai 56 juta ton per tahun. Sementara sampai sejauh ini, untuk penyerapan bijih bauksit di dalam negeri baru tertampung sebanyak 12 juta ton per tahun.

Hal itu karena sejauh ini baru terdapat dua fasilitas pemurnian dan pengolahan (smelter) untuk bijih bauksit ini. Alhasil sisa bijih bauksit yang mencapai 44 juta ton harus di eskpor.

Adapun dalam catatan APB3I, penikmat bijih bauksit terbesar dari Indonesia adalah China, jumlahnya kurang lebih bisa mencapai 30 juta ton. “China yang terbesar,” kata Pelaksana Harian Ketua Umum APB3I, Ronald Sulistyanto kepada rekan media, beberapa waktu yang lalu.

Sebagaimana diketahui, bijih bauksit dapat diolah menjadi chemical grade alumina yang dimanfaatkan untuk industri alumina, kosmetika, farmasi, keramik dan plastic filler.

Kebijakan larangan ekspor bijih bauksit ke luar negeri sejatinya upaya pemerintah Indonesia untuk mendapatkan nilai tambah. Makanya, Presiden Jokowi meminta untuk mengembangkan hilirisasi di dalam negeri.

Hilirisasi terbukti menambah pendapatan negara yang besar. Misalnya saja nikel, pada tahun 2021 pendapatan negara dari hilirisasi nikel melejit menjadi US$ 30 miliar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang hanya US$ 1,1 miliar.

Komentar