Serangan KKB Adalah Ultimatum Perang, Pengamat: Status Siaga Tempur Sudah Pas

Ia menambahkan TNI juga harus memperhatikan konsekuensi terhadap geopolitik dan pendekatan lain yang telah dilakukan oleh pemerintah.

“Artinya, TNI harus terus berkoordinasi dengan stakeholders (pemangku kepentingan) lainnya dalam rangka melakukan operasi dalam status siaga tempur ini,” kata Simon.

Sebelumnya, Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono pada Selasa, menyatakan bahwa TNI meningkatkan operasi militer yang mulanya menggunakan pendekatan halus menjadi operasi siaga tempur pada beberapa daerah di Papua yang dianggap rawan aksi teror kelompok kriminal bersenjata (KKB).

Yudo menjelaskan peningkatan operasi militer itu bertujuan memperkuat naluri tempur para prajurit sehingga mereka selalu siaga saat berhadapan dengan KKB.

“Di daerah-daerah tertentu, kami ubah menjadi operasi siaga tempur. Di Natuna itu ada operasi siaga tempur laut, di sini ada operasi siaga tempur darat,” ucap Yudo.

Status siaga tempur dilatarbelakangi oleh tindakan KKB yang menghadang dan menyerang pasukan TNI saat mereka sedang menyisir daerah Mugi, Nduga, Papua, untuk mencari pilot Susi Air Phillip Mehrtens pada 15 April lalu.

“Di jalan, (prajurit) kami dihadang oleh KST (kelompok separatis teroris) dan terjadi kontak tembak. Dari 36 pasukan (di lokasi), ada satu yang meninggal, yaitu Pratu Miftahul Arifin,” kata Yudo.

Dari insiden itu, Yudo menyampaikan tiga orang prajurit terkena luka tembak dan seorang prajurit lainnya terluka akibat terjatuh. Empat prajurit yang terluka saat ini telah dievakuasi dan dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

Komentar