Terbesar di Dunia, Pabrik Tembaga Raksasa RI Jalan, Peluang Bagi Bisnis Kabel-EV

JurnalPatroliNews – Jakarta – PT Freeport Indonesia (PTFI) saat ini sedang membangun pabrik pengolahan tembaga yang disebut sebagai pengolahan tembaga single-line terbesar di dunia.

Smelter atau fasilitas pengolahan dan pemurnian tembaga yang sedang dibangun di JIIPE Gresik, Jawa Timur, ini didesain untuk mengolah hingga 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahunnya. Smelter tembaga senilai US$ 3 miliar atau sekitar Rp 45 triliun ini akan menghasilkan 600 ribu ton katoda tembaga per tahunnya.

Dengan besarnya produk katoda tembaga yang dihasilkan tersebut, maka ini seharusnya menjadi peluang bisnis untuk tumbuhnya industri hilir penyerap katoda, mulai dari industri kabel hingga kendaraan listrik di dalam negeri.

Presiden Direktur PTFI Tony Wenas mengungkapkan bahwa Indonesia sudah memiliki modal dalam bentuk sumber daya alam bentuk tambang dalam mendukung industri kabel hingga EV. Terlebih, smelter baru Freeport akan segera beroperasi, yakni sekitar Mei 2024.

“Jadi kami memang berharap bahwa dengan dibangunnya smelter tembaga kedua ini yang merupakan terbesar di dunia untuk single line dan produk lainnya yaitu emas batang dan perak batang. Diharapkan industri lebih hilir lagi manufacturingnya itu bisa muncul di dalam negeri,” ungkap Tony kepada rekan media dalam program ‘Mining Zone’, dikutip Jumat (3/3/2023).

Selain tembaga, beragamnya sumber komoditas tambang di Indonesia dan juga sudah melalui proses pengolahan dan pemurnian atau hilirisasi, seperti nikel, tembaga, timah, maupun aluminium, maka menurutnya ini bisa mendorong ekosistem baterai kendaraan listrik berkembang di Tanah Air.

“Jadi kalau kita lihat hilirisasi ini yang dicanangkan pemerintah adalah ekosistem dari EV khususnya baterai. Baterai ini akan memerlukan grafit, di Indonesia banyak, kemudian aluminium, kemudian juga ada nikel, ada tembaga, ada baja, dan beberapa mineral lain yang mangan juga cobalt juga, dan ini semua tersedia di Indonesia dan ini juga dilakukan program hilirisasi,” tuturnya.

Tony menilai, ekosistem baterai kendaraan listrik yang dicanangkan oleh pemerintah sangat mungkin direalisasikan. Apalagi, lanjutnya, beberapa daerah di Indonesia sudah dibidik oleh investor untuk berinvestasi, salah satunya di Kalimantan.

“Jadi ekosistem EV ini yang dicanangkan pemerintah akan sangat mungkin dan sangat baik bagi Indonesia. Sehingga apabila orang dunia bicara soal baterai kendaraan listrik itu mereka pikir mengenai Indonesia. Dan kita lihat di Kalimantan sudah jalan investasinya, kemudian di beberapa tempat itu para pabrikan besar sudah mulai investasi di Indonesia,” tambahnya.

Oleh karena itu, dia pun meyakini bahwa smelter tembaga yang sedang dibangun Freeport di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE Gresik, Jawa Timur itu bisa membantu pemerintah dalam membangun ekosistem kendaraan listrik.

“Kami yakin produk-produk kami bisa jadi bagian program hilirisasi untuk mendukung ekosistem EV yang dicanangkan pemerintah,” tandasnya.

Seperti diketahui, pembangunan smelter tembaga Freeport hingga Januari 2023 sudah mencapai 54,5% atau lebih cepat dari target sebesar 52,9% yang telah pemerintah setujui.

Sesuai rencana, PTFI akan menyelesaikan konstruksi smelter tembaga ini pada akhir Desember 2023, lalu dilanjutkan dengan uji coba (commissioning) dan memulai kegiatan operasionalnya pada akhir Mei 2024 secara bertahap hingga mencapai operasi penuh pada akhir Desember 2024.

Komentar