Benny menyebutkan tokoh Romo Mangun sebagai tokoh inspirasi.
“Romo Mangun menyadari bahwa gereja katolik dapat tumbuh menjadi kepompong, kehilangan budaya kritis dan membaca, sehingga umat menjadi tidak berani keluar, berpikir instan, hanya berteori, tetapi tidak mau melakukan aksi,” bebernya.
“Anda percaya kepada Yesus, maka anda harus berani memanggul salib sampai Kalvari; anda harus melakukan panggilan menjadi terang dan garam dunia, menghadirkan Kerajaan Allah di dunia ini. Tahun politik di Indonesia ini merupakan momentum yang sangat baik untuk melakukan panggilan itu di dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara,” tandasnya.
Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP menyebutkan mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara merupakan hal yang penting.
“Pancasila cerminan hubungan manusia dengan Allah dan manusia dengan sesama manusia. Saat manusia beriman dan mencintai Tuhan, dia akan mencintai sesamanya. Karena mencintai sesamanya, dia akan menghargai hak dan kewajiban sesamanya, sehingga menciptakan persatuan dan keadilan sosial. Ini adalah habituasi Pancasila,” kata Benny.
Benny pun menutup paparannya dengan sebuah seruan.
“Orang katolik, mau jadi apa? Pragmatis dan diam serta senang bermain sendiri, atau bergerak dan melakukan panggilannya di Indonesia, menjaga Pancasila dan NKRI? Hanya mau menjadi bisu dan meratapi diri sebagai minoritas? Jangan kita menyembunyikan talenta kita karena kita minoritas. Mari usahakan talenta tersebut demi perdamaian dan keadilan sosial di Indonesia,” tutupnya.
Yunarto Wijaya menyatakan data dan hasil survei untuk memberitahukan fakta di lapangan menjelang tahun politik 2024.
Komentar